Hubungan antara Analisis Kesalahan Berbahasa dengan Linguistik

Secara garis besar, linguistik dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu linguistik murni/teoretis dan linguistik terapan.

Guna melihat hubungan antara linguistik dengan analisis kesalahan berbahasa perlu dijelaskan kedudukan linguistik di antara cabang-cabang linguistik (ilmu bahasa) lainnya. Linguistik merupakan ilmu yang mempelajari bahasa. Secara garis besar, linguistik dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu linguistik murni/teoretis dan linguistik terapan.

Linguistik teoretis merupakan bidang penelitian bahasa yang dilakukan untuk mendapatkan kaidah yang berlaku dalam bahasa manusia pada umumnya. Linguistik terapan merupakan istilah umum bagi pelbagai cabang linguistik yang memanfaatkan deskripsi, metode, dan hasil penelitian untuk pelbagai keperluan praktis; cabang-cabang seperti pengajaran bahasa, leksikografi, penerjemahan, patologi bahasa, dan lain-lain (Kridalaksana, 1993:120-131).

Linguistik murni dapat dibagi menjadi beberapa cabang, yaitu 

  1. Fonologi
  2. Morfologi
  3. Sintaksis
  4. Semantik. 

Baca juga beragam artikel Kebahasaan dan Keterampilan Berbahasa

Fonologi adalah cabang linguistik yang mempelajari hal-hal yang terkait dengan fonem. Fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya (Kridalaksana, 1993:57).

Morfologi adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari morfem dan seluk-beluk pembentukan kata. Sintaksis merupakan cabang linguistik yang mempelajari fase, klausa, kalimat, dan waacana. Cangan ilmu bahasa yang mempelajari makna kata disebut semantik.

Linguistik terapan meliputi:

  1. Pengajaran bahasa
  2. Leksikografi
  3. Penerjemahan
  4. Patologi bahasa

Baca juga Hakikat Bahasa

Pengajaran bahasa atau linguistsik pedagogis merupakan cabang linguistik terapan yang bersangkutan dengan peningkatan efisiensi pengajaran bahasa dengan menyediakan deskripsi yang komprehensif mengenai proses-proses dasar dan dengan metode pengajaran yang memadai (Kridalaksana, 1993:130).

Leksikografi adalah bidang linguistik terapan yang mencakup metode dan teknik penyusunan kamus (Kridalaksana, 1993:127). Patologi bahasa merupakan penyelidikan mengenai cacat dan gangguan yang menghambat kemampuan orang berkomunikasi verbal (Kridalaksana, 1993:156).

Di samping itu, terdapat cabang-cabang linguistik yang bersifat interdisipliner, seperti sosiolinguistik, psikolinguistik, antropolinguistik, dan lain-lain.

Baca juga Hakikat Bahasa: Sebagai Perekam Gagasan

Sosiolinguistik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari pemakaian bahasa dalam kaitan dengan konteks sosialnya. Sosiolinguistik merupakan cabang linguistik yang mempelajari hubungan dan saling pengaruh antara perilaku bahasa dan perilaku sosial (Kridalaksana, 1993:200).

Psikolinguistik merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara bahasa dengan perilaku dan akal budi manusia. Psikolinguistik dikatakan juga ilmu yang bersifat interdisipliner linguistik dengan psikologi (Kridalaksana, 1993:182).

Antropolinguistik ialah ilmu interdisipliner antropologi dan linguistik. Kridalaksana (1993:128) menyebutnya dengan istilah linguistik antropologi. Menurut Kridalaksana linguistik antropoligi, yaitu:

  1. Cabang linguistik yang mempelajari variasi dan pemakaian bahasa dalam hubungan dengan pola kebudayaan dan ciri-ciri bahasa yang berhubungan dengan kelompok sosial, agama, pekerjaan, atau kekerabatan.

  2. Metode dan teknik penyelidikan bahasa masyarakat yang tidak mempunyai tradisi lisan, yang mengandalkan pengumpulan data dengan penyelidikan lapangan.

Baca juga Asal-Usul Bahasa

Analisis kesalahan berbahasa adalah bagian dari linguistik pedagogis karena analisisi kesalahan berbahasa berupaya mengatasi permasalahan yang terkait dengan kesalahan berbahasa peserta didik. Linguistik pedagogis merupakan bagian dari linguistik terapan. 

Jadi, jika dianalogikan dengan sistem kekerabatan, analisis kesalahan berbahasa ibarat anak linguistik pedagogis, atau cucu linguistik terapan. Dengan begitu, dapat dikatakan analisis kesalahan dapat dianaloogikan dengan cicit linguistik. Hal ini jika dilihat dari kacamata sistem kekerabatan.

Di sisi lain, dalam menganalisis, para peneliti atau guru bahasa akan menggunakan linguistik sebagai dasarnya. Oleh karena itu, untuk menentukan pemakaian bahasa peserta didik benar atau salah, dasarnya adalah sistem bahasa yang bersangkutan. Untuk mengetahui sistem bahasa itu guru bahasa akan memanfaatkan hasil analisis deskriptif.

Baca juga: Mengenal Bagaimana Manusia Memperoleh Bahasa Secara Sintaksis, Semantik,dan Fonologi

Hasil analisi deskriptif merupakan hasil karya para linguisi deskriptif. Dengan demikian, linguistik, khususnya linguistik murni/teoretis/deskriptif merupakan dasar dalam melakukan analisis kesalahan berbahasa.

Itulah sebabnya seorang guru yang mengajarkan bahasa, dia harus dapat melakukan analisis kesalahan berbahasa. Untuk dapat melakukan analisis kesalahan berbahasa, seorang penganalisis harus memiliki bekal penguasaan teori kebahasaan, kaidah kebahasaan bahasa yang dianalisis, penguasaan ejaan, dan teori-teori yang terkait dengan analisis kesalahan berbahasa.

Guru bahasa yang akan melakukan analisis kesalahan bahasa harus menguasai kaidah-kaidah kebahasaan, diantaranya fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. 

Baca juga: Ragam Bahasa Indonesia

Kaidah fonologi akan bermanfaat dalam menganalisis kesalahan pada bidang fonologi. Kaidah morfologi akan bermanfaat dalam melakukan analisis kesalahan pada bidang morfologi. Kaidah sintaksis digunakan untuk menganalisis kesalahan-kesalahan yang terjadi pada sintaksis atau tata kalimat.

Adapun penguasaan bidang semantik diperlukan guru ketika guru yang bersangkutan harus menganalisis dan memperbaiki kesalahan siswa pada bidang semantik atau kesalahan-kesalahan yang ada kaitannya dengan kalimat.

Sistem atau kaidah masing-masing bahasa umumnya tidak mengatur tata tulis dan pedoman-pedoman ucapan. Keduanya biasanya diatur dalam pedoman ejaan, yang dalam bahasa Indonesia atura itu dituangkan dalam Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. 

Untuk melengkapi analisisnya dan untuk dapat memperbaiki kesalahan berbahasa peserta didik yang terkait dengan tata tulis dan ucapan, guru perlu melengkapina denagn penguasaan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.

Baca juga Fungsi, Struktur, dan Tata Bahasa

Sebagai ilustrasi, dapat kami berikan contoh berikut ini. 

Ada seorang anak yang menggunakan huruf kecil untuk menuliskan nama didri, baik dirinya maupun nama orang lain. Pada bidang fonologi, tidak diatur mengenai penulisan nama diri. Hal ini diatur dalam Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, khususnya mengenai penggunaan huruf kapital/besar.

Oleh karena itu, guru perlu mencari keterkaitannya dengan kaidah penggunaan huruf besar. Misalnya, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama orang, tetapi tidak dipakai sebagai huruf pertama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran (Sugihastuti, 2006:31).

Baca juga: Menulis untuk Menambah Pengetahuan

*Disarikan dari berbagai sumber yang kredibel dan dari Analisis Kesalahan & Karakteristik Bentuk Pasif karya Markhamah dan Atiqa Sabardila terbitan 









Ruang Literasi dan Edukasi

Post a Comment

© Untaian Abjad. All rights reserved. Developed by Jago Desain