Asal-Usul Bahasa
Segala yang ada di semesta ini pasti ada asal-usulnya.
Begitu pula dengan bahasa. Banyak sekali teori yang telah diungkapkan oleh para
pakar tentang asal-usul bahasa. Beberapa teori akan dibicarakan dalam ulasan
berikut.
F.B. Condillac, seorang filsuf bangsa Prancis,
mengungkapkan pendapatnya bahwa bahasa itu berasal dari teriakan-teriakan dan
gerak-gerik badan yang bersifat naluri yang dibangkitkan oleh perasaan atau emosi yang kuat. Kemudian
teriakan-teriakan tersebut berubah menjadi bunyi-bunyi yang bermakna, dan
lama-kelamaan makin panjang dan rumit.
Sebelum adanya teori Condillac, orang (terutama ahli
agama) percaya bahwa bahasa itu berasal dari Tuhan. Tuhan telah melengkapi
kehadiran pasangan manusia pertama (Adam dan Hawa) dengan kepandaian berbahasa.
Namun, teori Condillac dan kepercayaan kaum agama ini ditolak oleh Von Herder, seorang ahli filsafat bangsa
Jerman.
Von Herder mengatakan bahwa bahasa itu tidak mungkin
datang dari Tuhan karena bahasa itu sedemikian buruknya dan tidak sesuai dengan
logika karena Tuhan Mahasempurna. Menurutnya, bahasa terjadi dari proses
onomatope, yaitu peniruan bunyi alam. Bunyi-bunyi alam yang ditiru ini merupakan
benih yang tumbuh menjadi bahasa sebagai akibat dari dorongan hati yang sangat
kuat untuk berkomunikasi.
Baca juga: Hakekat Bahasa
Von Schlegel, seorang ahli filsafat bangsa Jerman,
berpendapat bahwa bahasa-bahasa yang ada di dunia ini tidak mungkin bersumber
dari satu bahasa. Asal-usul bahasa itu sangat berlainan tergantung pada
faktor-faktor yang mengatur tumbuhnya bahasa. Ada bahasa yang lahir dari
onomatope, ada yang lahir dari kesadaran manusia, dan sebagainya. Namun, dari
mana pun asalnya menurut Von Schlegel akal manusialah yang membuatnya sempurna.
Brooks (1975) memperkenalkan satu teori mengenai
asal-usul bahasa yang sejalan dengan perkembangan psikolinguistik dewasa ini.
Menurut Brooks, bahasa itu lahir pada waktu yang sama dengan kelahiran manusia.
Berdasarkan penemuan-penemuan antropologi, arkeologi, biologi, dan sejarah
purba, manusia, bahasa, dan kebudayaan secara bersamaan lahir di bagian
tenggara Arfika, kira-kira dua juta tahun yang lalu.
Berdasar pada hipotesis Brooks, bahasa pada mulanya
berbentuk bunyi-bunyi tetap untuk menggantikan atau sebagai simbol bagi benda,
hal, atau kejadian tetap di sekitar yang dekat dengan bunyi-bunyi itu. Kemudian
bunyi-bunyi itu dipakai bersama oleh orang-orang di tempat itu.
Sejak awal bahasa itu pastilah merupakan satu kerangka
atau struktur yang dibentuk oleh empat unsur, yaitu bunyi, keteraturan (order),
bentuk, dan pilihan. Kemudian, karena kelahiran bahasa bersama dengan kelahiran
kebudayaan, maka melalui kebudayaan ini segala hasil ciptaan kognisi seseorang
dapat pula dimiliki oleh orang lain, dan dapat pula diturunkan kepada generasi
berikutnya.
Baca juga: Hakikat Bahasa; Bahasa Sebagai Perekam Gagasan
Guna menyokong hipotesisnya mengenai kelahiran bahasa ini,
Brooks merujuk penemuan-penemuan dan teori-teori dari Eric Lenneberg
(1964-1967), Suzzane Langer (1942), George Miller (1965), dan Roman Jakobson
(1972). Umpamanya, teori keotonomian bahwa bahasa tidak terikat oleh waktu dan
tempat, diterima oleh Brooks. Pendapat Suzzane Langer dan Eric Lenneberg bahwa
bahasa juga tidak terikat dengan keperluan, juga diterima oleh Brooks.
Selain itu, Brooks juga mengambil alih hipotesis nurani
yang berasal dari R. Descartes (abad 17), yang diangkat kembali pada abad ke-20
oleh Noam Chomsky (1957, 1965, 1968). Hipotesis nurani (the inneteness hypothesis) ini menyatakan bahwa manusia itu ketika
lahir telah dilengkapi dengan kemampuan “nurani” yang memungkinkan manusia itu
mempunyai kemampuan berbahasa. Dengan kata lain, manusia telah diciptakan
menjadi makhluk berbahasa.
Sejalan dengan Brooks, Phillip Lieberman (1975) juga mengemukakan satu teori mengenai asal-usul bahasa. Kalau Brooks merujuk pada hipotesis nurani yang berasal dari Descartes, maka Lieberman melangkah jauh ke belakang. Lieberman berpandangan bahwa bahasa lahir secara evolusi sebagai yang dirumuskan oleh Darwin (1859) dengan teori evolusinya. Semua hukum evolusi Darwin, menurut Lieberman, telah berlaku dan dilalui juga oleh evolusi bahasa. (Lebih lanjutnya lihat Mario Pei, 1971.
Sumber Utama: Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta
Sumber Pendukung:
Chomsky, Noam. 1965. Aspect of the Theory of Syntax. Cambridge: Massachusseth the M.J.T. Press
Chomsky, Noam. 1972. Language and Mind. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc.
Post a Comment