HAKIKAT BAHASA


Bahasa dan berbahasa merupakan dua hal yang berbeda. Abdul Chaer (2009) menjelaskan bahwa bahasa merupakan alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi, sedangkan berbahasa adalah proses penyampaian informasi dalam berkomunikasi itu. Dalam bahasan sebelumnya, Hakikat Bahasa: Bahasa SebagaiPerekam Gagasan telah dikemukakan fakta yang menunjukkan pentingnya bahasa dalam kehidupan manusia. 

Bahasa sedemikian penting, tidak seorang pun, di zaman apa pun, dan di mana pun yang menolaknya.

Saking pentingnya bahasa, bahkan orang Indonesia memiliki pepatah “Bahasa menunjukkan bangsa”. Bahasa menunjukkan jatidiri kita sebagai manusia. Seseorang bisa dinilai karakternya berdasarkan bahasa yang digunakannya dalam bertutur dan berinteraksi dengan orang lain. Hal tersebut berkaitan dengan persoalan sopan santun dan etika berbahasa secara baik dan benar.

Mungkin, Anda pernah tanpa sadar atau dengan sadar bertanya apa sebenarnya bahasa? Jika sudah, maka Anda beruntung menemukan artikel ini, sehingga bisa memvalidasi jawaban yang diri Anda temukan kala menanyakan itu, entah kala merenung atau berdiskusi. Jika belum pernah menanyakan apa itu bahasa, Anda juga beruntung. Saat ini, Anda bisa merenungi, berselancar, atau menyelam atas pertanyaan itu. Sebenarnya, Apa itu bahasa?

Pemahaman terhadap suatu konsep, konstruk, atau teori memang sangat penting karena dari sanalah kita akan melihat, menemukan, dan mengaplikasikan sesuatu. Berdasarkan teori tertentu pula, seseorang akan menempatkan ke dalam sudut pandang yang sama atau sebaliknya dengan orang lain dalam menyikapi suatu masalah. Keadaan yang demikian pula berlaku dalam bahasa dan sastra.

Misalnya, seseorang mengatakan teori bahasa dan sastra mana yang dipergunakan untuk mendekati, menganalisis, dan menyelesaikan persoalan? Harus diingat pula, bahwa ada sekian macam teori bahasa dan sastra.

Konsep, konstruk, dan teori tentang sesuatu lazimnya memunculkan definisi. Misalnya, definisi tentang bahasa, sastra, dan lain sebagainya. Sebenarnya, sudah banyak buku, artikel ilmiah, dan penelitian tugas akhir mahasiswa yang bicara tentang hakikat (baca: definisi tentang) bahasa. Bahkan, hampir semua buku, artikel ilmiah, dan penelitian tugas akhir mahasiswa yang berbicara tentang linguistik, umumnya membuat dan atau merujuk sejumlah definisi tentang bahasa dari berbagai pakar.

Agar tidak terlalu berpanjang lebar dan untuk menghindari bahasan tentang beragam definisi bahasa, dalam bahasan artikel ini akan dari pandangan Abdul Chaer dan Brown. Dua pandangan ini pada intinya sama. Hanya saja, pandangan Brown lebih detail dan jangkep. 

Memilihnya dua tokoh ini bukan tanpa alasan, namun sederhananya agar tidak banyak pengulangan tentang definisi bahasa yang pada dasarnya sama, intinya sama. 

*

Para pakar linguistik deskriptif, biasanya mendefinisikan bahasa sebagai “suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer,” yang kemudian lazim ditambah dengan “yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasi diri” (Chaer, 1994). 

Bagian utama dari definisi tersebut menyatakan hakikat bahasa. Sedengkan bagian tambahan menyatakan apa fungsi bahasa.

Chaer (2009) menjelaskan, bagian pertama definisi tersebut menyatakan bahwa bahasa itu adalah satu sistem, sama dengan sistem-sistem lain, yang sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. Jadi, bahasa itu bukan merupakan satu sistem tunggal, melainkan dibangun oleh sejumlah subsistem (subsistem fonologi, sintaksis, dan leksikon). 

Sistem bahasa ini merupakan sistem lambang, sama dengan sistem lambang lalu lintas, atau sistem lambang lainnya. Hanya saja, sistem lambang bahasa berupa bunyi, bukan gambar atau tanda lain. Bunyi itu adalah bunyi bahasa yang dilahirkan oleh alat ucap manusia. Sama dengan sistem lain, sistem lambang bahasa itu juga bersifat arbitrer. Artinya, antara lambang yang berupa bunyi itu tidak memiliki hubungan wajib dengan konsep yang dilambangkan. Selain itu, bahasa juga bersifat dinamis.

Bagian pertama dari definisi di atas juga menyiratkan bahwa setiap lambang bahasa, baik kata, frasa, klausa, kalimat, maupun wacana memiliki makna tertentu, yang bisa saja berubah pada satu waktu tertentu. Atau, mungkin juga tidak akan berubah sama sekali.

Bagian tambahan dari definisi di atas menyiratkan fungsi bahasa dilihat dari segi sosial, yaitu bahwa bahasa itu merupakan alat interaksi atau alat komunikasi di dalam masyarakat. Tentu saja konsep linguistik deskriptif tentang bahasa tidak lengkap, sebab bahasa bukan hanya alat interaksi sosial, melainkan juga memiliki fungsi dalam berbagai bidang lain. Itulah sebabnya mengapa psikologi, antropologi, etnologi, neurologi, dan filologi juga menjadikan bahasa sebagai salah satu objek kajian dari sudut atau segi yang berbeda-beda.

Brown (2007) mengungkapkan, bahwa bahasa dapat dipahami sebagai sebuah sistem arbitrer yang dikonvensikan lewat ucapan, tulisan, atau simbol-simbol gestural yang memungkinkan anggota masyarakat dapat mengomunikasikan sesuatu yang dapat dipahami orang lain.

Suara dalam suatu bahasa bersifat arbitrer, maka tidak ada penjelasan ilmiah alasan pemilihannya. Misalnya, dalam bahasa Indonesia disuarakan dengan “burung”, Jawa “manuk”, Inggris “bird”, dan berbeda pula bunyi ucapannya untuk bahasa-bahasa yang lainnya. Padahal, semua ucapan itu menunjuk pada binatang tertentu yang dapat terbang, yaitu burung.

Karakteristik Bahasa Menurut Brown

Untuk memperjelas mengenai hakikat bahasa yang tercermin dalam berbagai penjelasan tersebut, Brown (2007) mengemukakan bahwa secara umum bahasa memiliki sejumlah karakteristik, sebagai berikut.

  1. Bahasa adalah sebuah sistem dan bersifat sistematis.
  2. Bahasa adalah simbol seperangkat kebiasaan.
  3. Sebagai suatu simbol, bahasa pertama-tama adalah ucapan (bunyi, suara), mungkin juga visual.
  4. Sebagai suatu simbol, bahasa memiliki makna yang dikonvensikan oleh masyarakat pemakainya.
  5. Bahasa dipergunakan untuk berkomunikasi.
  6. Bahasa dioperasikan dalam suatu masyarakat dan budaya.
  7. Bahasa bersifat kemanusiaan, milik manusia, namun mungkin juga tidak terbatas pada manusia.
  8. Bahasa diperoleh manusia secara hampir sama; (bahasa dan belajar bahasa memiliki karakteristik universal).

Karakteristik bahasa tersebut tampaknya bisa berlaku untuk berbagai definisi tentang bahasa. Orang boleh berbeda mendefinisikan bahasa, tetapi dari delapan karakteristik tersebut, walau mungkin tidak seluruhnya, bisa jadi akan tercakup di dalamnya.

Misalnya, ciri kedua memandang bahasa sebagai simbol seperangkat kebiasaan yang berasal dari pandangan yang melihat bahasa sebagai proses mental (Chomsky). Namun, secara umum diakui bahwa bahasa bermula dari kebiasaan. Bunyi-bunyi ucapan itu akhirnya menjadi bunyi bahasa yang bermakna karena ada kebiasaan menggunakannya dan kemudian dikonvensikan oleh masyarakat pemakai dengan makna yang disetujui bersama.

 

*Reverensi disarikan dari beragam sumber, diantaranya:
Brown, H. Douglas. 2007. Principles of Language Learning and Teaching. New York: Addison Wesly Longman
Chaer, Abdul. 1994. Gramatika Bahasa Indonesia. Jakarta: Rienika Cipta
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teoritis. Jakarta: Rienika Cipta
Nurgiantoro, Burhan. 2017. Stilistika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press