Fungsi, Struktur, dan Tata Bahasa
Bahasa merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Bahasa sedemikian penting, tidak seorang pun, di zaman apa pun, dan di mana pun
yang menolaknya. Bahasa seperti halnya ilmu lainnya, yakni memiliki fungsi,
struktur dan aturan atau tata bahasanya. Dalam artikel ini, Mimin UA akan
membahas mengenai Fungsi, Struktur, dan Tata Bahasa.
Fungsi-Fungsi Bahasa
Fungsi bahasa secara tradisional yaitu bahasa sebagai alat interaksi
sosial, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga
perasaan (Chaer, 1995). Dalam hal ini Wardhaugh (1972), seorang pakar
sosiolinguistik mengatakan bahwa fungsi bahasa yakni sebagai alat komunikasi
manusia, baik lisan maupun tulisan.
Namun, fungsi ini sudah mencakup
lima fungsi dasar yang menurut Kinneavy disebut sebagai fungsi ekspresi, informasi, eksplolari, persuasi,
dan entertainmen (Michel, 1967:51). Kelima
fungsi dasar ini mewadahi konsep bahwa bahasa alat untuk melahirkan
ungkapan-ungkapan batin yang ingin disampaikan seorang penutur kepada orang
lain.
Pernyataan senang, benci, kagum, marah, jengkel, sedih, dan kecewa dapat
diungkapkan dengan bahwa, meskipun tingkah laku, gerak-gerik dan mimik juga berperan
dalam pengungkapan ekspresi batin. Fungsi Informasi merupakan fungsi untuk
menyampaikan pesan atau amanat kepada orang lain. Fungsi Eksplorasi merupakan penggunaan bahasa untuk menjelaskan
suatu hal, perkara, dan keadaan.
Fungsi Persuasi merupakan penggunaan bahasa yang bersifat memengaruhi
atau mengajak orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan secara sesuatu
dengan baik-baik. Fungsi entertainmen
merupakan penggunaan bahasa dengan meksud menghibur, menyenangkan, atau
memuaskan perasaan batin.
Karena bahasa ini digunakan manusia dalam segala tindak kehidupan,
sedangkan perilaku dalam kehidupan itu sangat luas dan beragam, maka
fungsi-fungsi bahasa itu bisa menjadi sangat banyak sesuai dengan banyaknya
tindak dan perilaku serta keperluan manusia dalam kehidupan. Oleh karena itu,
dalam pelbagai kepustakaan kita mungkin akan menemukan rincian fungsi-fungsi
bahasa yang berbeda dengan beragam (Chaer, 1995; Nababan, 1984)
Baca Juga: Hakikat Bahasa
Struktur Bahasa
Dalam setiap analisis bahasa ada dua buah konsep yang perlu dipahami, yaitu
struktur dan sistem. Struktur
menyangkut masalah hubungan antara unsur-unsur di dalam satuan ujaran, misalnya
antara fonem dengan fonem di dalam kata, antara kata dengan kata di dalam
frasa, atau juga antara frasa dengan frasa di dalam kalimat.
Sistem berkenaan dengan hubungan antara unsur-unsur bahasa pada
satuan-satuan ujaran yang lain. Fakta bahwa predikat terletak di belakang
subjek dalam bahasa Indonesia adalah masalah struktur, sedangkan fakta adanya
verba aktif dan verba pasif adalah masalah sistem (Chaer, 1994).
Dalam linguistik generatif transformatif, struktur sama dengan tata
bahasa. Sedangkan tata bahasa itu sendiri tidak lain dari pada “pengetahuan”
penutur suatu bahasa mengenai bahasanya,
yang lazim disebut dengan istilah kompetensi.
Kemudian kompetensi ini akan dimanfaatkan dalam pelaksanaan bahasa (performansi), yaitu berupa bertutur atau
pemahaman akan tuturan. Lalu, di dalam pelaksanaan bahasa itu, linguistik
generatif transformasi menyodorkan adanya konsep struktur-dalam (deep-structure) dan struktur luar (surface structure).
Baca Juga: Asal-Usul Bahasa
Tata Bahasa
Dikotomi kompetensi dan performansi sangat penting di dalam
psikolinguistik. Kompetensi yang merupakan “pengetahuan” seseorang akan
bahasanya, memungkinkan dia dapat melakukan performansi atau pelaksanaan bahasa
itu berupa memahami kalimat-kalimat yang didengar (pelaksanaan reseptif) dan
melahirkan kalimat-kalimat (pelaksanaan produktif) dari bahasanya.
Menurut linguistik generatif transformasi, kompetensi itu yang berupa
pengetahuan seseorang akan tata bahasanya “dinuranikan” oleh orang sejalan
dengan proses pemerolehan bahasa. Yang dinuranikan itu tidak lain dari
rumus-rumus atau kaidah-kaidah yang jumlahnya terbatas, yang digunakan untuk “membangkitkan”
kalimat-kalimat dalam bahasa itu yang jumlahnya tidak terbatas.
Dengan kata lain, meskipun jumlah rumus-rumus itu terbatas tetapi dapat
digunakan untuk melahirkan kalimat-kalimat baru dalam jumlah yang tidak
terbatas. Ini berarti juga setiap kalimat yang bisa dibangkitkan pasti bisa “dimasukkan”
dalam salah satu rumus atau kaidah itu. Andaikata ada kalimat yang “aneh” atau
tidak bisa dimasukkan ke dalam salah satu rumus yang ada, maka berati tata
bahasa itu secara empiris tidak memadai.
Menurut teori linguistik generatif transformasi, setiap tata bahasa suatu bahasa terdiri dari tiga buah komponen, yaitu komponen fonologi, komponen sintaksis, dan komponen semantik. Namun, untuk bisa memahami ketiga komponen itu perlu dipahami dulu konsep struktur dalam dan struktur luar (Chaer, 2009).
Sumber Utama: Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta
Sumber Pendukung:
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Pustaka
Chaer, Abdul. 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Pustaka
Nababan. 1984. Sosiolonguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka
Wardhaugh, R. 1972. An Introduction to Sociolinguistics. Oxford: Blackwell Publishing
Post a Comment