Fungsi, Struktur, dan Tata Bahasa

Lima fungsi dasar bahasa menurut Kinneavy yakni sebagai fungsi ekspresi, informasi, eksplolari, persuasi, dan entertainmen (Michel, 1967:51)


Bahasa merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bahasa sedemikian penting, tidak seorang pun, di zaman apa pun, dan di mana pun yang menolaknya. Bahasa seperti halnya ilmu lainnya, yakni memiliki fungsi, struktur dan aturan atau tata bahasanya. Dalam artikel ini, Mimin UA akan membahas mengenai Fungsi, Struktur, dan Tata Bahasa.

Fungsi-Fungsi Bahasa

Fungsi bahasa secara tradisional yaitu bahasa sebagai alat interaksi sosial, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan (Chaer, 1995). Dalam hal ini Wardhaugh (1972), seorang pakar sosiolinguistik mengatakan bahwa fungsi bahasa yakni sebagai alat komunikasi manusia, baik lisan maupun tulisan.

Namun, fungsi ini sudah mencakup lima fungsi dasar yang menurut Kinneavy disebut sebagai fungsi ekspresi, informasi, eksplolari, persuasi, dan entertainmen (Michel, 1967:51). Kelima fungsi dasar ini mewadahi konsep bahwa bahasa alat untuk melahirkan ungkapan-ungkapan batin yang ingin disampaikan seorang penutur kepada orang lain.

Pernyataan senang, benci, kagum, marah, jengkel, sedih, dan kecewa dapat diungkapkan dengan bahwa, meskipun tingkah laku, gerak-gerik dan mimik juga berperan dalam pengungkapan ekspresi batin. Fungsi Informasi merupakan fungsi untuk menyampaikan pesan atau amanat kepada orang lain. Fungsi Eksplorasi merupakan penggunaan bahasa untuk menjelaskan suatu hal, perkara, dan keadaan.

Fungsi Persuasi merupakan penggunaan bahasa yang bersifat memengaruhi atau mengajak orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan secara sesuatu dengan baik-baik. Fungsi entertainmen merupakan penggunaan bahasa dengan meksud menghibur, menyenangkan, atau memuaskan perasaan batin.

Karena bahasa ini digunakan manusia dalam segala tindak kehidupan, sedangkan perilaku dalam kehidupan itu sangat luas dan beragam, maka fungsi-fungsi bahasa itu bisa menjadi sangat banyak sesuai dengan banyaknya tindak dan perilaku serta keperluan manusia dalam kehidupan. Oleh karena itu, dalam pelbagai kepustakaan kita mungkin akan menemukan rincian fungsi-fungsi bahasa yang berbeda dengan beragam (Chaer, 1995; Nababan, 1984)

Baca Juga: Hakikat Bahasa

Struktur Bahasa

Dalam setiap analisis bahasa ada dua buah konsep yang perlu dipahami, yaitu struktur dan sistem. Struktur menyangkut masalah hubungan antara unsur-unsur di dalam satuan ujaran, misalnya antara fonem dengan fonem di dalam kata, antara kata dengan kata di dalam frasa, atau juga antara frasa dengan frasa di dalam kalimat.

Sistem berkenaan dengan hubungan antara unsur-unsur bahasa pada satuan-satuan ujaran yang lain. Fakta bahwa predikat terletak di belakang subjek dalam bahasa Indonesia adalah masalah struktur, sedangkan fakta adanya verba aktif dan verba pasif adalah masalah sistem (Chaer, 1994).

Dalam linguistik generatif transformatif, struktur sama dengan tata bahasa. Sedangkan tata bahasa itu sendiri tidak lain dari pada “pengetahuan” penutur suatu bahasa mengenai  bahasanya, yang lazim disebut dengan istilah kompetensi. Kemudian kompetensi ini akan dimanfaatkan dalam pelaksanaan bahasa (performansi), yaitu berupa bertutur atau pemahaman akan tuturan. Lalu, di dalam pelaksanaan bahasa itu, linguistik generatif transformasi menyodorkan adanya konsep struktur-dalam (deep-structure) dan struktur luar (surface structure).

Baca Juga: Asal-Usul Bahasa

Tata Bahasa

Dikotomi kompetensi dan performansi sangat penting di dalam psikolinguistik. Kompetensi yang merupakan “pengetahuan” seseorang akan bahasanya, memungkinkan dia dapat melakukan performansi atau pelaksanaan bahasa itu berupa memahami kalimat-kalimat yang didengar (pelaksanaan reseptif) dan melahirkan kalimat-kalimat (pelaksanaan produktif) dari bahasanya.

Menurut linguistik generatif transformasi, kompetensi itu yang berupa pengetahuan seseorang akan tata bahasanya “dinuranikan” oleh orang sejalan dengan proses pemerolehan bahasa. Yang dinuranikan itu tidak lain dari rumus-rumus atau kaidah-kaidah yang jumlahnya terbatas, yang digunakan untuk “membangkitkan” kalimat-kalimat dalam bahasa itu yang jumlahnya tidak terbatas.

Dengan kata lain, meskipun jumlah rumus-rumus itu terbatas tetapi dapat digunakan untuk melahirkan kalimat-kalimat baru dalam jumlah yang tidak terbatas. Ini berarti juga setiap kalimat yang bisa dibangkitkan pasti bisa “dimasukkan” dalam salah satu rumus atau kaidah itu. Andaikata ada kalimat yang “aneh” atau tidak bisa dimasukkan ke dalam salah satu rumus yang ada, maka berati tata bahasa itu secara empiris tidak memadai.

Menurut teori linguistik generatif transformasi, setiap tata bahasa suatu bahasa terdiri dari tiga buah komponen, yaitu komponen fonologi, komponen sintaksis, dan komponen semantik. Namun, untuk bisa memahami ketiga komponen itu perlu dipahami dulu konsep struktur dalam dan struktur luar (Chaer, 2009).

*Reverensi
Sumber Utama: Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta
Sumber Pendukung:
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Pustaka
Chaer, Abdul. 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Pustaka
Nababan. 1984. Sosiolonguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka
Wardhaugh, R. 1972. An Introduction to Sociolinguistics. Oxford: Blackwell Publishing
Ruang Literasi dan Edukasi

Post a Comment

© Untaian Abjad. All rights reserved. Developed by Jago Desain