James Cook University merupakan salah satu universitas
terbaik di dunia. Kampus ini bahkan masuk dalam 300 universitas terbaik di
dunia versi Times Higher Education World University Rankings 2022.
Universitas dengan kampus utama di Australia (Townsville
dan Cairns) dan Singapore ini menerima ratusan mahasiswa internasional, salah
satunya adalah Sheryl Natasha yang belajar Master of Business Administration (MBA)
di James Cook University, Singapore.
Setelah menempuh pendidikan dari Juli 2021 hingga Juli
2022, kini Sheryl bekerja sebagai Senior Human Resource Business Partner (HRBP)
dalam program HR Leadership Development Program (HRLDP) di Amazon Web Services
(AWS).
Baca juga: Mengenal Lebih Dekat AA Navis: Sastrawan, Kritikus Budaya, dan Politikus Indonesia
Sheryl mengatakan, HRLDP merupakan program yang bertujuan
mempercepat proses karier kepemimpinan di bidang HR selama tiga tahun.
Dalam rotasi pertamanya, dia bekerja sebagai Senior HRBP
untuk mendukung kegiatan pemasaran AWS di Asia, Pasifik, dan Jepang (APJ).
“Singkatnya, saya menjadi penasehat/mitra/konsultan untuk
pemimpin-pemimpin tertinggi bidang pemasaran di regional APJ,” ujarnya dalam siaran
pers, Jumat (31/3/2023).
Peran Sheryl sebagai konsultan di AWS membuatnya mengampu
beberapa area, seperti manajemen kinerja, kompensasi, desain organisasi, dan
pembangunan kapabilitas.
Baca juga: Pramoedya Ananta Toer: Menulis adalah Sebuah Keberanian
Dia menuturkan, pendidikan di James Cook University,
Singapore membantunya dalam bekerja di bidang HR, terlebih dia mengambil banyak
kursus yang berhubungan dengan HR.
“Di posisi sebagai Senior HRBP, saya masih sering
mengambil referensi dari konsep-konsep yang saya pelajari di kelas dan
masukan-masukan dari para pengajar. Kemudian, saya mencoba menerapkannya dalam
dunia kerja,” ungkapnya.
Meski terbuka untuk berbagai bidang, dunia HR menjadi
pilihan Sheryl. Terlebih, dia adalah lulusan Psikologi dari University of
Washington, di Seattle, dan mendapatkan master untuk Psikologi dari New York
University, New York.
Sheryl juga memiliki sertifikasi yang prestigious, yaitu sertifikasi sebagai Board-Certified Behavior Analyst (BCBA) yang diakui di seluruh dunia.
Baca juga: Leila S. Chudori, Sastrawan dan Penulis
Sebelum melanjutkan studi MBA, dia bekerja sebagai
Behavior Therapist dan BCBA selama 5,5 tahun, di The Keswell School, New York
dan di Think Kids, Singapura.
Setelah pengalaman yang berharga mendalami karir di
bidang Behavior Analysis, bekerja dengan anak-anak Autism Spectrum Disorder
(ASD), Sheryl ingin mencari kesempatan baru untuk terus berkembang, baik secara
personal maupun profesional.
Alasan itu membuat Sheryl mencari pekerjaan di dunia korporat. Dia menemukan bahwa mengejar pendidikan MBA akan mendukung usahanya mendapatkan pekerjaan di dunia korporat, sekaligus memberikannya ilmu tentang bisnis.
Baca juga: Sastrawan Agus Noor
Kuliah di James Cook University, Singapore
Setelah memutuskan untuk menempuh kuliah MBA, Sheryl
memilih James Cook University, Singapore. Alasannya karena universitas ini
memiliki tingkat penjaminan mutu tertinggi di Singapura untuk institusi pendidikan
swasta EduTrust Star.
"Selain menerima beasiswa Merit dari James Cook University,
Singapore, saya tertarik karena teman-teman dan dosen internasional di
kampus," tuturnya.
Hal-hal tersebut, lanjut Sheryl, berperan besar terhadap
keputusannya menimba ilmu di James Cook University, Singapore. Pasalnya, ia
ingin menerima gelar dari universitas Australia tetapi tetap tinggal di
Singapura.
Baca juga sosok inspiratif Dahlan Iskan: Mimpi Punya Sepatu Malah Jadi Menteri dan Bos Media
Salah satu pengajar inspirasional yang berkesan bagi
Sheryl adalah Dr Pengji Wang. Menurutnya, Dr Wang bisa membuat para mahasiswa
tertarik dengan kelas-kelasnya.
“Dia sangat bisa menghubungkan materi kuliah dengan
skenario di dunia nyata. Dengan begitu, kami mendapat banyak kesempatan untuk
mempelajari kasus dari pekerjaan di dunia nyata sebelum akhirnya terjun di
dunia kerja,” jelasnya.
Di luar kegiatan akademiknya di James Cook University,
Singapore, Sheryl mendapatkan pertemanan dan jaringan yang luas. Dia bahkan
masih berteman baik dengan beberapa teman sekelas dan tetap terhubung dengan
sebagian besar kelompok di LinkedIn.
“Adanya jaringan yang luas ini membantu saya pada saat
dulu mencari pekerjaan dan sekarang berperan dalam hal bertukar pikiran atau
menambah wawasan,” ujarnya.
Baca juga Belajar Arti Nasionalisme Kepada Penemu Mobil Listrik: Ricky Elson
Sheryl pun memiliki pesan kepada mahasiswa yang mengejar
karier di bidangnya, yaitu menjadi proaktif dalam mewujudkan hasil, seperti
berpartisipasi di dalam kelas, membangun koneksi, dan berdiskusi dengan dosen
terkait proyek-proyek terkait.
Dia mengimbau mahasiswa untuk memikirkan apa yang akan dilakukan setelah lulus dengan membuat serangkaian tujuan selama mengikuti program MBA dan menyiapkan cara untuk mencapainya.
Baca juga beragam kisah inspiratif di rubrik SOSOK
Ditulis oleh Inang Sh. dan Mikhael Gewati.
*Artikel ini pertama kali terbit di Kompas edisi 12/01/2024 di rubrik kilas pendidikan dan dieditori oleh Sandro Gatra