Perkembangan Pergerakan Nasional

Sebagai suatu organisasi massa yang pertama di Indonesia, antara 1917-1920 pengaruh Sarekat Islam sangat terasa dalam politik di Indonesia.

Boedi Oetomo walaupun pengaruhnya makin menurun, tetapi tetap melaksanakan kegiatan di bidang sosial-budaya. Sewaktu Perang Dunia I meletus pada 1914  Boedi Oetomo Melancarkan isu mengenai pentingnya pertahanan sendiri. Ia menyokong gagasan wajib militer bagi penduduk.

Bersama-sama dengan organisasi lain, diantaranya Sarekat Islam, dibentuklah suatu panitia yang diberi nama Indie Weerbar (Hindia yang berketahanan). Dalam pertemuan-pertemuan yang diadakan untuk membicarakan soal wajib miiliter, pokok pembicaraan makin meluas.

Soal dewan perwakilan rakyat, di mana kepentingan rakyat dapat dibicarakan dengan lebih leluasa, meningkat menjadi hal penting. Utusan Indie Weerbaar yang dikirim ke negeri Belanda gagal dalam usahanya mendesak pemerintah untuk melaksanakan undangan-undangan wajib militer di Indonesia.

Baca juga ragam artikel SEJARAH biar tidak melupakan Jas Merah. 

Namun, mereka berhasil mendesak soal perwakilan rakyat. Undang-undang pembentukan dewan rakyat (Volksraad) disahkan pada Desember 1916 oleh parlemen Belanda.

Sebagai suatu organisasi massa yang pertama di Indonesia, antara 1917-1920 pengaruh SI sangat terasa dalam politik di Indonesia. Sifatnya yang demokratis dan berani sangat menarik perhatian orang-orang sosialis kiri, yang bergabung dalam Indische Social-Democratische Vereeniging (ISDV) yang didirikan pada 1914.

Pemimpinnya ialah soerang Belanda H.J.F.M. Sneevliet. Dengan taktik inflasi yang dikenal dengan nama “blok di dalam” mereka berhasil menyusup ke dalam SI. Mereka berasil mempengaruhi tokoh-tokoh muda SI antara lain Semaun Darsono dan Tan Malaka.

Baca juga beragam artikel Sudut Pandang dari berbagai tokoh berpengaruh, akademisi, dan para pemikir atau ahli.

Akibatnya, banyak anggota SI juga menjadi sosialis dan sebaiknya. Adalah biasa waktu itu seseorang menjadi anggota dua partai.

Sementara itu dalam tubuh organisasi sosialis tersebut terjadi perpecahan. Golongan moderat membentuk lagi suatu partai sosialis. Golongan radikal sikapnya telah bersifat komunistis dan condong ke Rusia.

Semaun yang menjadi ketua SI cabang Semarang sejak 1916, berhasil membawa SI cabang Semarang ke arah komunis. Sejak itu ia sering sekali melancarkan serangan tetrhadap kebijaksanaan pemimpin SI.

Peroalan yang hanyat dalam kehidupan politik waktu itu (1917-1918) ialah soal Volksraad. Sebagian organisasi, seperti SI,  Boedi Oetomo, dan Insulide (penesur IP) menyokong adanya Volksraad.

Baca juga artikel serupa di SINAU KEWARGANEGARAAN

Mereka berpendapat bahwa sebagai anggota Volksraad mereka akan berusaha supaya Volsraad dijadikan parlemen sejadi. Sebaliknya, golongan sosialis, termasuk anggotat SI yang raddikal seperti Semaun, menganggap Volksraad sebagai alat pemerintah Belanda untuk mengelabuhi rakyat.

Sewaktu revolusi Rusia pada 1917 berhasil, kaum komunis di INdonesia tanpa mempertimbangkan keadaan yang nyata di Indonesia menyerukan agar di Indonesia juga diadakan suatu revolusi. Mereka berhasil menghimpun kekuatan dan mengadakan demonstrasi-demonstrasi. Bentrokan dengan polisi terjadi di banyak tempat. 

Di samping itu partai moderat mendesak kepada pemerintah kolonial Belanda untuk menggantikan Volksraad dengan parlemen pilihan rakyat. Kepada pemerintah dilontarkan tuduhan telah melindungi kapitalisme dan memperkuat diri menentang kapitalisme, partai-partai menggabungkan diri dalam organisasi Radikal Konsentrasi. Suasana menjadi gawat dan timbul suatu krisis di Indonesia.

Baca juga CERPEN dan PUISI untuk menghibur dan memotivasi jiwa dan pikiranmu setelah seharian lelah beraktivitas, bekerja, atau belajar.

Untuk meredakan situasi, pemerintah Belanda melalui Gubernur Jendral mengeluarkan suatu pengumuman. Isinya janji pemerintah untuk memperbaharui ketatanegaraan di Indonesia.

Janji ini karena dikeluarkan pada bulan November 1918, dikenal dengan Janji November (November belofte). Pada 1919 dibentuklah Komisi Perubahan yang anggotanya terdiri dari wakil-wakil Belanda dan Indonesia. Hasil komisi ini tidak memuaskan Pergerakan Nasional Indonesia.

Ketika keadaan sudah reda, pemerintah segera mengambil tindakan keras terhadap mereka yang terlibat dalam pelbagai aksi. Anggota-anggota militer dihukum berat. Pegawai negeri dimutasi. 

Orang-orang Belanda yang radikal seperti Sneeveliet diusir dari Indonesia. Beberapa pemimpin Indonesia seperti Darsono dan Abdul Moeis ditangkap.

Baca juga Nasionalisme di Indonesia

*Disarikan dari berbagai sumber yang kredibel dan dari buku Sejarah Nasional Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1981.

Ruang Literasi dan Edukasi

Post a Comment

© Untaian Abjad. All rights reserved. Developed by Jago Desain