Analisa Kata: Analisa Unsur Langsung, Tahapan Analisis, dan Nasalisasi

Analisa kata memuat tiga hal penting, yaitu analisa unsur langsung, tahapan analisa, dan nasalisasi.

Analisa kata memuat tiga hal penting, yaitu analisa unsur langsung, tahapan analisa, dan nasalisasi. Dalam artikel ini akan dibahas secara detail ketiga muatan tersebut, yakni sebagai berikut.

A. Analisa Unsur Langsung

Telah dikemukakan bahwa kata jadian diturunkan dari kata dasar yang telah mendapatkan imbuhan. Karena itu, sebuah kata jadian (polimorfemis) selalu dapat dianalisas kembali menelusuri proses kejadiannya.

Kadang-kadang hal itu tidak terlalu mudah seperti yang dibayangkan. Misalnya, kata petani dengan mudah dapat didtetapkan bahwa kata itu diturunkan dari pe + tani

Namun, bagaimana dengan kata perbuatanApakah kata itu diturunkan dari per + buat + an? Atau buat + peran? Atau ada kemungkinan yang lain?

Jelas kata perbuatan mengandung ide yang lain dari kata perbuat, buatan, atau pembuat. Berarti, unsur per-, -an, pem- masing-masing mempunyai suatu fungsi yang khusus sebagai pembentukan arti.

Baca juga Majas: Pengertian, Jenis, dan Contohnya

Demikian pula per-an dalam kata perbuatan, mempunyai fungsi sebagai pendukung arti karena masing-masing bagiannya tidak mengandung makna seperti per- dan -an. 

Jadi, dapat ditegaskan bahwa kata perbuatan dibentuk dari dua unsur langsung, yaitu buat dan per-an.

Analisa semacam ini disebut analisa unsur bawahan terdekat atau analisa unsur langsung. Dengan analisa ini kita dapat mencari yang terjadi secara langsung untuk menghasilkan suatu bentuk kata, sehingga, misalnya kita dapat membedakan bentuk-bentuk seperti perbuatan—pembuatan, persatuan—penyatuan, perburuan—pemburuan.

Baca juga beragam artikel KEBAHASAAN biar keterampilan bahasamu makin jago.

B. Tahapan Analisa

Dengan menerapkan pengertian di atas, lebih jelasnya mari kita mencoba bersama-sama untuk menganalisa kata menerangkan. Kita tidak dapat mengatakan bahwa kata menerangkan dibentuk dari me + nerang + kan. Untuk itu ita harus kembali ke dasar katanya.

Tahap I : Kata terang mula-mula bergabung dengan unsur -kan sehingga terbentuklah kata terangkan.

Apakah kata terangkan terus bergabung dengan me- atau harus ada tahap lain? Kalau langsung bergabung maka kita akan mendapat bentuk menterangkan, padahal bentuk akhir adalah menerangkan

Oleh karena itu, harus ada tahap II yang harus dilalui, yaitu.

Tahap II: Terjadi proses nasalisasi terhadap bentuk keterangan sehingga diperoleh bentuk nerangkan.

Tahap II ini nampaknya janggal dalam bahasa Indonesia, tetapi bila dibandingkan dengan beberapa bahasa Nusantara lain, proses ini sangat lazim. bandingkan saja dengan dialek Betawi: kopi — ngopi, obrol — ngobrol, dan ajar — ngajar.

Dalam bahasa Melayu Lama proses ini juga produktif, terbukti dari beberapa bentuk seperti: undur — mundur, udik — mudik, aju — maju.

Baca juga Kalimat Majemuk: Pengertian, Jenis, dan Contohnya

Tahap III: baru pada akhirnya kita menggabungkan me- denga nerangkan sehingga terbentuklah kata menerangkan.

Jadi, dengan mengikuti analisa unsur langsung, kita akan menyimpulkan sebuah hasil analisa unsur langsung dengan kaidah balik sebagai berikut:

  1. Unsur bawahan langsung dari kata menerangkan adalah me + nerangkan.
  2. Unsur bawahan langsung dari bentuk nerangkan adalah nasalisasi + terangkan.
  3. Unsur bawahan langsung dari terangkan adalah terang + kan.

Dengan demikian, secara singkat dapat diperlihatkan analisis unsur langsung kata persatuan dan penyatuan sebagai berikut:

Persatuan

  • persatuan < nominalisasi + bersatu;
  • bersatu    < ber + satu

Penyatuan

  • penyatuan    < nominalisasi  + menyatukan
  • menyatukan < me + nyatukan
  • nyatukan     < nasalisasi + satukan.
  • satukan       < satu + kan 

C. Nasalisasi

Dalam teknik analisa seperti dikemukakan di atas telah disinggung masalah nasalisasi. Nasalisasi merupakan suatu proses mengubah sebuah fonem oral menjadi fonem nasal. Dalam menasalkan sebuah fonem harus didikuti prosedur dan kaidah-kaidah tertentu.

Seperti telah diperlihatkan di atas, ternyata nasalisasi tidak menajadi proses yang produktif lagi untuk membentuk kata kerja dalam bahasa Indonesia. namun, proses nasalisasi selalu muncul bersama-sama dengan prefiks me- sebagai satu prosesyang bersifat otomatis.

Sejauh menyangkut kata-kata asli dalam bahasa Indonesai, proses nasalisasi terjadi dengan memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut.

Baca juga AFIKSASI: Pengertian, Jenis, dan Contohnya

  1. Nasalisasi harus berlangsung atas dasar homorgan, artinya fonem yang mengawali sebuah kata dasar harus disengaukan dengan nasal yang sama dengan alat-alat ucapnya (homo=sama; organ=alat). 

    Jadi /p,b/ mengambil nasal /m/; /t, d/ mengambi nasal /n/; /c, j/ mengambil nasal /ny; /k, g/ mengambil nasal /ng/. Semua kata dasar yang dimulai denganvokal, daerah artikulasinya berbeda dalam rongga glottis, sedangkan fonem /h/, daerah artikulasinya adalah rongga pharynx. 

    Karena itu, nasal yang paling dekat dengan kedua daerah artikulasi itu adalah /ng/. Dengan demikian, nasalisasi kedua kelompok fonem itu juga adalah dengan nasal /ng/: ambil — mengambil, iringi — mengiringi, urus — mengurus, ekor — mengekor, ombak — mengombak, hardik — menghardik.

    Baca juga Makna Kata: Pengertian, Jenis, dan Contohnya

  2. Dalam nasalisasi konsonan bersuara tak luluh, konsonan tak bersuara luluh. Kaidah  pertama dan kedua dapat dilihat dalam contoh berikut: bawa — membawa, pukul — memukul; dapat — mendapat, tekan — menekan; jauh —menjauh, sayang — menyayangi; gali — menggali, kirim — mengirim.

  3. Nasalisasi hanya berlangsung pada kata-kata dasar atau yang dianggap kata dasar. Sebab itu, fonem awal ddalam kata-kata berikut tidak dapat dinasalisasikan: mempersatukan, mempersoalkan, mempertanyakan. 

    Kata-kata terjemah dan tertawa mula-mula dianggap sebagai kata jadian. Karena itu, diturunkan bentuk menterjemahkan dan mentertawakan. Namun, perkembangan terakhir sudah dirasakan sebagai kata dasar. Karena itu, diturunkan bentuk menerjemahkan dan menertawakan.

    Kata-kata kemuka, ketengah, dan keluar, dianggap sebagai kata dasar. Karena itu, diturunkan bentuk mengemukakan, mengetengahkan, dan mengeluarkan.

  4. Fonem-fonem /y, r, l, w/ mengalami proses nasalisasi juga, yaitu nasalisasi zero.

Baca juga Relasi atau Hubungan Antarmakna

Tidak ada kesulitan untuk menasalisasi kata-kata pinjaman yang dimulai dengan konsonan bersuara, vokal, atau fonem /h/ karena dasar kata tetap jelas dalam bentuknya yang baru. 

Namun, kesulitan terjadi pada kata yang dimulai dengan konsonan tak bersuara. Karena nasalisasi pada kata yang dimulai dengan konsonan tak bersuara akan meluluhkan konsonan awalnya itu, identitas kata akan lenyap.

Karena itu, kata-kata yang dimulai dengan konsonan tak bersuara tidak tunduk pada kaidah di atas, misalnya mensukseskan, mengklasifikasikan, menstabilkan, dan menstimulasikan.  Namun, bila kata itu sudah dirasakan sebagai kata asli, ia akan mengikuti kaidah di atas, misalnya menyabot, menyekolahkan, dan mengabulkan.

Kata yang dimulai dengan fonem /c/ adalah kata serapan (entah daerah, entah asing). Karena itu tidak mengikuti kaidah di atas seperti tampak dalam kata-kata mencuri, mencari, membaca, dan mencurigai.

Baca juga CERPEN dan PUISI untuk menghibur dan memotivasi jiwa dan pikiranmu setelah seharian lelah beraktivitas, bekerja, atau belajar.

*Disarikan dari buku Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia untuk Tingkat Pendidikan Menengah karya Gorys Keraf pada 1991 terbitan Grasindo.

Ruang Literasi dan Edukasi

Post a Comment

© Untaian Abjad. All rights reserved. Developed by Jago Desain