Awal Pergerakan Nasional | Bagian II

Pengaruh gagasan modern, anggota elite menyadari bahwa perjuangan untuk memajukan bangsa harus dilakukan dengan mempergunakan organisasi modern.

Kongres Sarekat Islam pertama diadakan pada Januari 1913 di Surabaya. Di sini diitegaskan bahwa SI bukan partai politik. Ia tidak bertidnak melawan pemerintah Hindia Belanda. Haji Oemar Said Tjokroaminoto dipilih sebagai ketua SI. Surabaya ditetapkan sebagai kedudukan pusat SI.

Laju perkembangan SI tidak dapat dibendung lagi. Dalam kongres kedua di Solo diputuskan bahwa SI hanya terbuka untuk bangsa INdonesia. Untuk menjaga agar corak SI tetap sebagai organisasi rakyat dilakukan pembatasan terhadap pegawai negeri sebagai anggota.

Agar lebih lengkap memahami awal pergerakan nasional, lebih baiknya baca terlebih dahulu Awal Pergerakan Nasional | Bagian I

Kekuatan yang terhimpun dalam lingkungan SI dan keberanian tindakannya menkhawatirkan pemerintah kolonial. Oleh karena itu pada 1913 pemerintah mengeluarkan suatu peraturan yang menetapkan bahwa cabang-cabang SI harus berdiri untuk daerah masing-masing.

Jadi, sebagai cabang merupakan suatau badan hukum tersendiri. Namunu, suatu pengurus sentral yang merupakan badan perwakilan dari SI-SI daerah itu diperbolehkan.

Baca juga ragam artikel SEJARAH biar tidak melupakan Jas Merah. 

Sentral SI didirikan pada 1915 di Indonesia. Tugasnya adalah membantu SI daerah ke arah kemajuan dan mengatur kerjasama antar Si daerah. Pada Juni 1916 di Bandung diadakan suatu Kongres Nasional SI yang pertama.

Waktu itu SI telah tersebur di seluruh Indonesia dengan jumalh anggota kira-kira 800.000 orang. Suatu jumlah yang waktu itu sangat luar biasa. SI merupakan partai yayng paling kuat dan paling bergerak waktu itu. 

Pemimpin-pemimpin yayng menonjol waktu itu ialah HOS. Tjokroaminoto, Haji Agus Salim, dan Abdul Moeis.

Bersamaan dengan munculnya SI muncul pula Indische Partij (IP). Organisasi ini mempunyai cita-cita untuk menyatukan semua golongan yang ada dalam masyarakat Indonesia, yaitu golongan Indonesia asli, golongan Indo, Cina, Arab, dan sebagainya.

Baca juga beragam artikel Sudut Pandang dari berbagai tokoh berpengaruh, akademisi, dan para pemikir atau ahli.

Mereka akan dihimpun dalam kesatuan bangsa dengan menumbuhkan semangat nasionalisme Indonesia. Pencetus dari gagasan itu ialah Dr. E.F.E. Douwes Dekker yang kemudian dikenal dengan nama Dr. Danudirdja Setyabudi. Ia seorang Indo-Belanda yang merasa dirinya orang Indonesia sejati, bukan orang asing.

Sebelum mendirikan partainya pada 1912, terlebih dahulu ia berkeliling pulau Jawa untuk memperkenalkan gagasannya tersebut. Ia bertemu dan berbicara antara lain dengan dr. Tjipto Mangunkusumo, Suwardi Suryaningrat (yang kemudian dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara), dan Abdul Moeis. Semuanya menyokong gagasan tersebut.

Pada Desember 1912 didirikanlah Indische Partij sebagai organisasi organisasi yang betul-betul bercorak politik dan berprogram nasionalisme Indonesia dalam pengertian modern.

Oleh karena itu dipandang sebagai partai politik yang pertama di Indonesia yang berdasar nasionalisme. Melalui surat kabar antara lain De Expres, paham IP disebarluaskan ke mana-mana.

Baca juga CERPEN dan PUISI untuk menghibur dan memotivasi jiwa dan pikiranmu setelah seharian lelah beraktivitas, bekerja, atau belajar.

Ditegaskan bahwa nasib masa depan penduduk yang ada di Indonesia terletak di tangan mereka sendiri. Oleh karena itu, kolonialisme harus dihapuskan. Begitulah dalam waktu yayng singkat IP telah mempunyai 30 cabang. Banyak dari anggotanya merupakan Indo-Belanda.

Pada Desember 1912 diadakan suatu permusyawaratan IP di Bandung. Permusyawaratan berhasil menyusun suatu anggaran dasar dan program kerja. 

Dalam anggaran dasar telah diperjelas tujuand ari IP yaitu menumbuhkan dan meningkatkan jiwa integrasi semua golongan untuk memajukan tanah air yang dilandasi jiwa nasional. Juga mempersiapkan diri kearah kehidupan rakyat yang merdeka.

Baca juga artikel serupa di SINAU KEWARGANEGARAAN

Dalam program kerja ditetapkan langkah-langkah yang akan diambil untuk mensukseskan IP, antara lain adalah.

  1. Meresapkan cita-cita kesatuaun nasional Indonesia.
  2. Memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan baik di bidang pemerintahan maupun kemasyarakatan.
  3. Memberantas usaha-usaha yang membangkitkan kebencian antara agama yang satu dengan lainnya.
  4. Memperbesar pengaruh pro-Hindia (Indonesia) di dalam pemerintahan.
  5. Memperbaiki keadaan ekonomi bangsa Indonesia, terutama memperkuat mereka yang ekonominya lemah.

Karena IP tegas-tegas menyatakan diri sebagai partai politik dan bercita-cita Indonesia merdeka, ia tidak diakui oleh pemerintah, bahkan dilarang, karena dianggap sangat berbahaya.

Keputusan yang diambil oleh pemerintah tersebut memberikan suatu kesimpulan bagi partai-partai lainnya bahwa kemerdekaan tidak mungkin merupakan hadian dari si penjajah.

Baca juga Munculnya Organisasi Pergerakan Nasional: Sebuah Petanda Lahirnya Embrio Kebangsaan dan Nasionalisme Indonesia

Dalam masa awal Pergerakan Nasional ini, pada 1913 pemerintah Belanda merencanakan akan merayakan 100 tahun pembebasan Belanda dari penguasaan Perancis.

Di Bandung dibentuk sebuah panitia yang disebut Komite Bumiputera yang menerbitkan tulisan Suwardi Suryaningrat yang berjudul “Als ik eens Nederlander was” (Andaikata aku seorang Belanda). 

Pengarang dengan tajam menyindir ketumpuan perasaan pihak Belanda, bahwa mereka tidak malu-malu untuk menyuruh rakyat Indonesia yang masih meringkuk di bawah telapak kaki penjajahan, untuk ikut merayakan pembebasan Belanda sebagai penjajahnya dari kekuasaan lainnya. 

Tulisan ini ternyata telah menghebohkan masyarakat. Kegiatan komite kemudian dianggap berbahaya. Tiga orang tokohnya yang juga merupakan tokoh IP, yaitu dr. Douwes Dekker, dr. Tjipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat diadili.

Mereka dijatuhi hukuman buangan. Sebagai tempat buangan, mereka memilih negeri Belanda. Sejak kepergian mereka, IP menjadi mundur.

Baca juga Ki Hajar Dewantara: Lebih Baik Tak Punya Apa-Apa tapi Senang Hati daripada Bergelimang Harta namun Tak Bahagia

Di samping tiga perserikatan tersebut di atas, pada tahun-tahun tersebut juga muncul beberapa organisasi lainnya yang bersifat kedaerahan, seperti organisasi-organisasi yang didirikan oleh orang Ambon dan MInahasa.

Muhammadiyah yang juga muncul pada 1912 lebih memusatkan diri pada kegiatan-kegiatan sosial dan budaya, seperti mendirikan sekolah-sekolah, dakwah agama dan lain-lain. 

Tujuan utamanya adalah memurnikan pelaksanaan ajaran agama Islam, sesuai dengan ajaran kitab suci Al-Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad.

Baca juga Sejarah Hidup Ki Hajar Dewantara, Bapak Pedidikan Nasional

*Disarikan dari berbagai sumber yang kredibel dan dari buku Sejarah Nasional Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1981.

Ruang Literasi dan Edukasi

Post a Comment

© Untaian Abjad. All rights reserved. Developed by Jago Desain