Buku Luru Gangsir (Mencari Jangkrik) berkisah tentang
petualangan anak-anak dalam mencari jangkrik di alam bebas. Bisa membantu
meningkatkan rasa kebersamaan dan kerja sama antara anak-anak. Juga, mengatasi
ketakutan terhadap serangga.
Salah satu bentuk kreativitas penggunaan aksara Jawa
adalah kehadirannya dalam buku-buku anak bergambar. Penggunaan aksara Jawa
dalam buku cerita bergambar adalah cara yang efektif untuk menggabungkan
pendidikan, budaya, dan hiburan untuk anak-anak.
Stewig (1980 dalam Udasmoro, 2012) menamakan buku cerita
bergambar sebagai picture storybook. Menurutnya buku cerita bergambar adalah
buku yang cerita dan gambarnya memiliki nilai sama penting.
Baca juga beragam pemikiran di rubrik SUDUT PANDANG
Dua elemen tersebut bekerja sama agar dapat menciptakan unit artistik yang sama kuatnya dibandingkan bila masing-masing elemen bekerja sendiri-sendiri. Gambar dikatakan memiliki kekuatan visual, sedangkan teks dikatakan memiliki kekuatan verbal.
Kedua kekuatan, dengan caranya sendiri,
bekerja sama membantu pembaca untuk memahami cerita, menjelaskan sesuatu, dan
membentuk imajinasi.
Ketika membaca buku anak bergambar yang menggunakan aksara Jawa, anak-anak akan dibawa ke dalam dunia eksplorasi sejarah, nilai-nilai budaya, dan kekayaan bahasa Jawa.
Integrasi aksara Jawa ke dalam
sastra anak tidak hanya menjadi cara untuk memperkenalkan aksara daerah, tetapi
juga memberikan ruang bagi anak-anak untuk merasa bangga dengan warisan budaya
mereka sendiri.
Baca juga: Pertanian Masa Depan Maluku Utara
Ketika anak-anak melihat huruf-huruf aksara Jawa yang
indah dan berbeda dengan alfabet Latin, mereka akan tertarik untuk memahami dan
mengenalinya. Salah satu produk buku cerita bergambar beraksara Jawa adalah
Luru Gangsir karya Asti Mardianto.
Luru artinya mencari dan gangsir artinya jangkrik. Buku
Luru Gangsir (Mencari Jangkrik) berkisah tentang petualangan anak-anak dalam
mencari jangkrik di alam bebas. Mereka rela menyusuri jalan yang jauh, penuh
lumpur, dan kotor.
Buku tersebut diterbitkan oleh Lingkarantarnusa, penerbit di Jogjakarta yang fokus dalam menerbitkan berbagai ’’wacan bocah” (bacaan anak) beraksara Jawa lengkap disertai terjemahan bahasa Indonesia dan Jawa.
Buku cerita lain yang telah diterbitkan di antaranya; Ibu Ora Saré (2019),
Mènèk Wit Jambu (2020), Ndherek Langkung (2021), Gleger (2022).
Baca juga beragam artikel BUDAYA biar makin cinta dengan budaya bangsa kita
Dalam buku Luru Gangsir, terdapat tokoh utama Bayu dan
Arum yang akan memberikan pengalaman tentang bermain di alam kepada anak-anak.
Pembaca dapat belajar tentang siklus hidup jangkrik, habitat mereka, dan
bagaimana serangga tersebut berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Petualangan mencari jangkrik melibatkan gerakan fisik,
seperti merayap atau meraba-raba di antara tanaman atau rerumputan. Ini dapat
membantu mengembangkan keterampilan motorik kasar dan halus pada anak-anak.
Mencari jangkrik beramai-ramai dapat meningkatkan rasa
kebersamaan dan kerja sama antara anak-anak. Mereka dapat belajar bekerja sama,
saling membantu, dan mengatasi ketakutan terhadap serangga. Hal ini dapat
mengembangkan keberanian dan rasa ingin tahu terhadap dunia sekitar.
Baca juga beragam CERPEN atau PUISI biar hidupmu makin bergairah
Contohnya bisa dilihat pada kutipan dialog antara Arum
dan Bayu pada buku Luru Gangsir halaman 20–24:
Bruk! Arum ora sengaja nyampar lodhong.
Bruk! Arum tanpa sengaja menyenggol stoples.
"Wah! Gangsiré ucul kabeh. Mas!" Arum kewedèn.
"Wah, jangkriknya lepas semua, Mas!" Arum
ketakutan.
Bayu meneng waé.
Bayu diam saja.
Ora suwé, Bayu malah ngguyu lakak-lakak.
Tak lama, Bayu malah tertawa terbahak-bahak.
"Ya wis, ayo luru manèh!" jaré Bayu.
"Ya sudah, ayo cari lagi!" ujar Bayu.
Baca juga: Mengakhiri Perundungan di Sekolah
Kutipan dialog di atas menceritakan tokoh Bayu sebagai seorang kakak yang sabar. Arum tidak sengaja jatuh dan membuat jangkrik-jangkrik hasil tangkapan kabur dari stoples.
Namun, Bayu tidak marah
kepada adiknya, malah ia tertawa terbahak-bahak, lalu mengajak Arum untuk
kembali mencari jangkrik.
Bayu adalah sosok kakak yang penyayang dan penyabar. Bayu memiliki tingkat pemahaman yang tinggi terhadap adiknya. Ia mampu melihat situasi dari sudut pandang sang adik dan merasa empati terhadap perasaan serta kesulitan yang dialami Arum.
Bayu tidak mudah terpancing emosi atau marah saat
sang adik melakukan kesalahan. Dengan stoples yang sudah telanjur kosong,
mereka mulai dari awal untuk bekerja sama mencari jangkrik dan menangkapnya.
Baca juga: Guru di Persimpangan Politik
Menurut Udasmoro (2012), dalam pengonstruksian karakter
lewat sastra anak, mekanisme sederhananya adalah anak membaca sebuah cerita.
Dan karena dilakukan secara terus-menerus dalam waktu yang lama, tanpa sadar
mereka memiliki preferensi akan suatu hal sesuai dengan bacaan yang dia baca.
Pembacaan terhadap hal-hal yang positif dari karya sastra
memberikan masukan kepada anak untuk mengonstruksi hal-hal yang positif dalam
dirinya dan begitu pula sebaiknya. Pengonstruksian lewat detail-detail yang
terdapat di dalam cerita pun terjadi.
Dalam lingkup pendidikan, penggunaan aksara Jawa dalam
buku-buku bergambar juga membantu meningkatkan pemahaman bahasa. Anak-anak
dapat belajar tentang struktur bahasa Jawa, kosakata baru, dan cara berbicara
yang berbeda.
Hal ini memperkaya kemampuan bahasa mereka dan mengajarkan bahwa ada banyak cara untuk berkomunikasi. Penggunaan aksara Jawa dalam buku cerita anak bergambar adalah cara yang efektif untuk menggabungkan pendidikan, budaya, dan hiburan dalam satu paket.
Buku Luru Gangsir dan seri
wacan bocah (bacaan anak) lainnya dapat membantu menumbuhkan budi pekerti serta
menghidupkan bahasa dan aksara Jawa dalam imajinasi anak-anak. (*)
*
Judul buku: Luru Gangsir
Penulis: Asti Mardianto
Ilustrator: Rita Nurday
Penerbit: Lingkarantarnusa
Tebal: 24
Ukuran: 21 x 21 cm
ISBN: 978-623-7615-90-3
Cetakan: Pertama, November 2023
Ditulis oleh Oleh REZANIA FITRIA, Mahasiswa Magister
Sastra Universitas Gadjah Mada Awardee LPDP Kemenkeu.
*Artikel ini
pertama kali terbit di Jawa Pos rubrik Halte edisi Minggu (31/12/2023) dan
dieditori oleh Ilham Safutra