Sekilas Mengenai Ideologi Marxisme

Sekilas Mengenai Ideologi Marxisme

Ideologi marxisme diambil dari nama pencetusnya, yaitu Karl Heinrich Marx. Ada tiga hal yang menjadi landasan atau dasar pemikiran marxisme.  Pertama, berkembangnya filsafat Jerman bahwa materi adalah esensi dari semua realitas dan bahwa materilah yang membentuk akal, bukan sebaliknya.

Kedua, terjadinya revolusi borjuis di Prancis pada 1970-an dan perjuangan kelas selama awal abad XIX. Ketiga, fenomena ekonomi Inggris yang berdasar pada sistem kapitalis.

Pemikiran marxisme terutama teori tentang pertentangan kelas kemudian menyebar ke berbagai kawasan. Bahkan ide tersebut memengaruhi perjuangan bangsa Indonesia pada masa pergerakan nasional.

Baca juga artikel MEMAHAMI MAKNA NASIONALISME LEBIH DEKAT

Saat itu kita tengah dijajah Belanda dan bangsa ini tidak lebih hanya sebagai buruh. Bangsa Belanda sebagai majikan negeri kita tercinta ini. Dalam kondisi semacam itu, ideologi marxisme bisa bertumbuh dengan subur. Para penentang imperialisme berjuang untuk menghilangkan adanya kelas-kelas dalam masyarakat.

Apabila membuka lembaran sejarah bangsa Indonesia, kita akan menemukan bahwa ideologi marxisme bukan hal yang aneh. Banyak tokoh pergerakan kita yang mempelajari dan mengambil beberapa teori Karl Marx untuk dijadikan landasan berpikir dan berjuang.

Salah satu tokoh pergerakan yang pernah mengupas ideologi marxisme tersebut ialah Ir. Soekarno. Pada 1926, beliau membuat tulisan yang berjudul nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme.

Baca juga artikel MEMAHAMI MAKNA CHAUVINISME

Tulisan tersebut  pernah dimuat dalam koran Suluh Indonesia yang menjadi tempat para tokoh pergerakan untuk menuangkan ide dan gagasannya. Bung Karno kemudian menularkan ideologi Marhaenisme.

Ideologi marxisme pertama kali dikembangkan oleh Karl Marx dan sahabatnya, Frederick Engels. Pemikiran kedua tokoh tersebut kemudian dikembangkan oleh Stalin dan Lenin dari Uni Soviet (Rusia). Ideologi tersebut sempat berkembang di berbagai kawasan dan mengubah bentuk menjadi komunisme.

Perkembangan ideologi tersebut dipengaruhi oleh kondisi sosial, ekonomi, dan politik di setiap tempat. Oleh karena itu, sama-sama menggunakan dasar pemikiran Karl Marx, tetapi bentuk di setiap negara bisa berlainan.

Setidaknya ada tiga kerangka dasar ideologi marxisme, yaitu filsafat materialisme, teori nilai laba, dan konsep ketatanegaraan (pandangan revolusi).

Baca juga CERPEN dan PUISI untuk menghibur dan memotivasi jiwa dan pikiranmu setelah seharian lelah beraktivitas, bekerja, atau belajar.

Filsafat Materialisme meliputi materialisme dialektika dan materialisme historis. Filsafat ini memiliki tiga pengertian. Pertama, bahwa zat yang terakhir berupa benda dan bukan bersifat roh. Kedua, sikap hidup yang mengarah pada kesejahteraan benda dan kenikmatan dengan tidak menghargai adanya kenikmatan rohaniah. Ketiga, penerapan materi pada sejarah dan masyarakat.

Menurut pandangan Marx, materi lebih dahulu ada daripada roh spiritual atau logika. Materilah yang menciptakan pikiran dan segala hal yang dikatakan berasal dari pikiran. Segala sesuatu yang ada dianggap berasal dari dunia material. Akal adalah sebuah produk dari otak dan otak itu sendiri muncul dari perkembangan materi hidup.

Oleh karena itu, menurut Marx, akal adalah produk dari dunia material. Marxisme berpendapat bahwa tata surya bukan merupakan ciptaan Tuhan. Kaum Marxis pun meyakini tidak ada Tuhan. Alam semesta mengatur dirinya sendiri melalui proses revolusi tanpa henti.

Dialektika adalah metode berpikir yang dikembangkan oleh George Wilhelm Friedrich Hegel yang meliputi tiga fase, yaitu tesis, antitesis, dan sintesis. Inti pemikirannya bahwa pertumbuhan atau perkembangan selalu melalui pertentangan. Meskipun tidak menyetujui pemikiran Hegel, Karl Marc tetap menggunakan dialektika Hegel sebagai alat untuk mengembangkan teorinya sendiri.

Baca juga artikel serupa di SINAU KEWARGANEGARAAN

Marx mengungkapkan bahwa sejarah manusia merupakan proses pertentangan kelas secara terus menerus hingga terbentuk masyarakat baru tanpa kelas. Pertentangan akan selalu terjadi antara kelas kapitalis dan buruh hingga terbentuk masyarakat baru yang disebut masyarakat sosialis yang tidak mempunyai kelas.

Guna membuktikan historis materialismenya, Karl Marx menciptakan teori berikut ini.

Mehrwert (Kelebihan Harga), artinya tenaga yang diberikan kaum buruh (proletar) jauh lebih tinggi harganya dibandingkan pembayaran yang mereka terima. Oleh karena itu, kaum buruh semakin miskin dan kapitalis (majikan) semakin kaya.

Konzentration (Pemusatan), artinya banyak perusahaan kecil akan mati karena kalah bersaing melawan perusahaan besar. Akhirnya, tinggal beberapa perusahaan besar saja. Para pemilik perusahaan kecil hanya akan menjadi proletar. Oleh karena itu, jumlah kaum proletar naik, sementara kaum kapitalis turun.

Baca juga ragam artikel SEJARAH biar tidak melupakan Jas Merah.

Akkumulation (Penimbunan), artinya makin lama kapital (kekayaan) akan semakin meningkat. Kapital itu kemudian digunakan untuk membeli mesin-mesin baru yang mempunyai kapasitas ratusan kali tenaga manusia. Dampaknya banyak kaum buruh diberhentikan dari tempat kerja sehingga menambah jumlah kaum proletar.

Verelendung (Kesengsaraan), artinya meningkatnya jumlah kaum proletar yang tidak memiliki pekerjaan, meningkat pula jumlah kemiskinan. Penggunaan mesin dalam produksi juga menyebabkan kesengsaraan kaum proletar.

Krisis (Krisis), artinya mayoritas rakyat dan kaum proletar tidak mempunyai daya beli. Oleh karena itu, produk pabrik pun tidak dapat terjual habis. Timbullah overproduksi dan krisis dalam masyarakat. Karl Marx mengemukakan bahwa kaum kapitalis kemudian menyelamatkan diri dengan menerapkan imperialisme untuk mendapatkan dearah pemasaran baru.

Baca juga beragam artikel Sudut Pandang dari berbagai tokoh berpengaruh, akademisi, dan para pemikir atau ahli

Zusammenbruch (Keruntuhan), artinya terjadi krisis masyarakat tidak dapat dikendalikan lagi. Sistem kapitalisme pun runtuh dan dengan sendirinya kaum proletar memegang kekuasaan. Terciptalah masyarakat sosialis.

Demikianlah cara Karl Marx menerangkan tahap-tahap historis materialismenya. Sistem kapitalisme akan runtuh dengan sendirinya dan terciptalah masyarakat sosialis. Bagi Karl Marx, runtuhnya sistem kapitalisme hanya soal waktu. Namun, pendapat ini justru menyebabkan lahirnya perpecahan di kalangan kaum sosialis menjadi dua kelompok.

Kelompok Sosial Demokrat. Kelompok ini sering disebut sosialisme. Mereka berpendapat bahwa hak milik seseorang tetap diperkenankan, hanya perusahaan yang penting bagi masyarakat yang dikuasai dan menjadi milik negara. Distribusi dan konsumsi didasarkan atas kecakapan dan jasa. Kelompok ini memilih jalan evolusi dalam menciptakan masyarakat sosialis.

Kelompok Komunisme. Kelompok ini berpendapat bahwa hak milik perseorangan tidak diperkenankan. Distribusi dan konsumsi didasarkan atas kebutuhannya. Kelompok ini memilih jalan revolusi untuk menciptakan masyarakat sosialis.

Baca juga ragam artikel BUDAYA biar makin mencintai keberagaman yang ada di negeri kita tercinta, Indonesia.

Menurut Marx, yang bisa menyatukan umat manusia adalah kondisi material dari kehidupan seseorang. Materi adalah tuhan itu sendiri, bukan yang mempunyai kekuatan dalam penciptaan kecuali materi. Materi adalah esensi dari semua realitas dan materilah yang membentuk akal.

Dua hal yang menjadi penentu karakter setiap zaman adalah ekonomi dan struktur sosial. Perubahan yang terjadi pada faktor-faktor mendasar ini akan melahirkan revolusi. Revolusi dianggap sebagai tanda terjadinya transisi dari satu tahap perkembangan ke perkembangan selanjutnya.

Karl Marc beranggapan bahwa proletar atau kaum buruh harus memimpin dirinya untuk melakukan sebuah revolusi kaum buruh. Dari perjuangan kaum buruh inilah akan terbentuk masyarakat yang disebut Marx sebagai masyarakat komunal (komunis).

Baca juga ragam materi Nasionalisme lainnya:

*Disarikan dari sumber-sumber literatur yang kredibel dan dari Buku Pancasila di atas Ideologi Besar Dunia karya Wahyudi.

Ruang Literasi dan Edukasi

Post a Comment

© Untaian Abjad. All rights reserved. Developed by Jago Desain