Pengertian Nomina atau Kata Benda

Bahasa Indonesia tidak mengenal casus, numeri, dan genus.

Nomina atau nomina substantiva atau kata benda, secara filosofis dibatasi sebagai nama dari semua benda dan segala sesuatu yang dibendakan. Selanjutnya, berdasarkan wujudnya, kata benda dibagi menjadi dua, yaitu kata benda konret dan kata benda abstrak.

a. Kata Benda Konkret

Kata benda konkret ialah nama dari benda-benda yang dapat ditangkap dengan panca indra. Kata benda konkrit dapat dibag lagi atas:

  1. Nama diri: Tomi, Hasan, NIna, Anita;
  2. Nama benda: rumah, batu, tali, bintang;
  3. Nama zat: emas, tanah, air, api;
  4. Nama alat: pemukul, cangkul, pisau, bedil, panah;
  5. Nama jenis: siswa, guru, kain;

b. Kata Benda Abstrak

Kata benda abstrak ialah nama-nama benda yang tidak dapat ditangkap dengan panca indra. Kata benda abstrak dapat dibagi lagi atas:

  1. Nama sifat: keagungan kehinaan, keluhuran, kebesaran, kebodohan, kekuatan;
  2. Nama keadaan: kebesaran, kehinaan, kemalasan, kemarahan, kerugian, kesudahan, kemanusiaan;
  3. Nama perbuatan: pemukulan, pencurian, penyatuan, kebakaran, kekalahan.

Karena pembagian seperti kemukakan di atas di dasarkan pada filsafat bagi mereka yang belum mampu berfilsafat agak sulit uuntuk menangkap pengertian, seperti wujud, konkret, dan abstrak.

Baca juga beragam artikel KEBAHASAAN biar keterampilan bahasamu makin jago.

Bila kita menanyakan anak-anak, misalnya “Apakah Tuhan, udara, malaikat, dan angin itu kata benda konkret atau abstrak?” Mereka akan menjawab bahwa semua kata itu adalah kata benda abstrak karena Tuhan, udara, malaikat, dan angin tak dapat dicium, dilihat, bahkan tak dapat diraba.

Oleh karena itu, kata-kata tersebut adalah kata benda abstrak. Apakah benar demikian? Apakah Tuhan tidak berwujud? Apakah malaikat juga tidak berwujud? Dan apa sebenarnya wujud  itu?

Di samping itu, kata benda bahasa Indonesia tidak perlu mengikuti pembagian seperti dalam tata bahasa Barat. Bila kita mau mengikuti dengan cermat semua rumusan dan ketentuan tata bahasa Barat, sering kita terpaksa memaksakan sesuatu bagi bahasa Indonesia.

Baca juga Kelas Kata Baru dalam Bahasa Indonesia

Dalam persoalan kata benda, bahasa-bahasa Barat, khususnya Latin dan Yunani mempunyai ciri-ciri yang khusus untuk menunjukkan bahwa kata tersebut adalah kata benda. Ciri-ciri tersebut meliputi

  1. Deklinasi, yaitu perubahan bentuk kata benda berdasarkan fungsi kata itu dalam sebuah kalimat. Tiap bentuk perubahan itu disebut sasus;

  2. Numerus, yaitu perubahan bentuk kata benda berdasarkan jumlah kata benda itu (tunggal: singularis; jamak: pluralis; ada bahasa tertentu masih memiliki bentuk dualis dan trialis). Bahasa Latin megenal dua numeri: singularis dan pluralis, bahasa Yunani dan Sansekerta mengenal tiga tipe numeri: singularis, pluralis, dan dualis;

  3. Genus atau Gender, yaitu kata benda daalm bahasa-bahasa Barat mengena pula genus kata: jantan (maskulin), betina (feminin), dan neutrum.

Baca juga Majas: Pengertian, Jenis, dan Contohnya

Semua ciri tersebut tidak dapat diterapkan dalam bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia tidak mengenal casus, numeri, dan genus. Kita tidak perlu merasakan bahwa bahasa Indonesia memiliki kekurangan tertentu, atau bahasa Indoensia itu miskin. 

Tiap bahasa memiliki sifat-sifat yang khas, msekipun ada juga ciri yang sama dengan bahasa lain. Bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri yang sempurna dalam dirinya untuk mengungkapkan segala sesuatu sebagai pendukung kebudayaan Indonesia yang baru.

Kita dapat memperkaya bahasa Indonesia dengan menggali (bukan meniru-niru) ciri-ciri yang masih tersembunyi dalam struktur bahasa kita, untuk dijadikan ciri kata bendanya.

Baca juga Kalimat Majemuk: Pengertian, Jenis, dan Contohnya

*Disarikan dari buku Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia untuk Tingkat Pendidikan Menengah karya Gorys Keraf pada 1991 terbitan Grasindo.

Ruang Literasi dan Edukasi

إرسال تعليق

© Untaian Abjad. All rights reserved. Developed by Jago Desain