Memahami Ideologi Liberalisme dan Asal-Usulnya

Memahami Ideologi Liberaisme dan Asal-Usulnya

Liberalisme mempunyai banyak pengertian, tetapi dasar pemikirannya sama, yaitu adanya kebebasan. Liberalisme berasal dari bahasa Latin libertas, liberales (bahasa Spanyol), atau liberty dalam bahasa Inggris. Edward Gibbon (1776-17878) semula memberi konotasi baik dari istilah liberal, yaitu bebas dari prasangka dan bersifat toleran.

Selanjutnya, pengertian liberalisme berkembang menjadi kemerdekaan individu sebagai pangkal dan pokok dari kebaikan hidup. Ideologi ini hendak mempertahankan kebebasan individu dari kekuasaan mana pun yang akan mengikatnya.

Ideologi liberalisme menempatkan individu sebagai inti masyarakat. Masyarakat harus mengutamakan individu karena terbentuknya masyarakat juga karena keberadaan individu.

Baca juga artikel serupa di SINAU KEWARGANEGARAAN

Dalam pandangan kaum liberal, masyarakat yang baik harus mendorong individu untuk mengembangkan kemampuan, pikiran, dan bakat-bakatnya secara bertanggung jawab. Dengan demikian, individu tersebut dapat mengembangkan kemampuannya untuk bertindak.

Liberalisme sebetulnya merupakan reaksi atas penindasan yang dilakukan oleh kaum bangsawan dan agamawan pada zaman monarki absolut. Pemerintahan pada saat itu dipimpin oleh seorang raja dengan kekuasaan yang mutlak.

Saat itu, orang harus tunduk tanpa syarat pada kekuasaan para bangsawan dan agama. Bisa jadi liberalisme merupakan tonggak sejarah bagi kehidupan masyarakat Barat kala itu. Tidak aneh apabila munculnya liberalisme merupakan periode penderahan.

Baca juga ragam artikel SEJARAH biar tidak melupakan Jas Merah.

Liiberalisme muncul di Eropa abad XVII, memuncak abad XIX, dan tenggelam pada abad XX. Masyarakat Eropa pada saat itu terbagi menjadi tiga kelompok utama yaitu kaum aristokrat, kaum agama, dan para petani.

Banyak keistimewaan yang dimiliki kaum aristokrat. Misalnya, mereka memperoleh hak untuk memiliki tanah dan menguasai proses politik dan ekonomi. Sebaliknya, kaum tani hanya sebagai penggarap tanah milik para bangsawan. Bahkan, mereka harus membayar pajak dan menyumbangkan tenaga untuk kepentingan tuannya.

Kedudukan petani atau rakyat biasa saat itu sangat tidak dihargai. Mereka tidak memiliki hak dan kebebasan. Para bangsawan mengekang mereka apabila akan pindah ke tempat lain. Petani pun tidak lebih sebagai pribadi kaum bangsawan.

Baca juga CERPEN dan PUISI untuk menghibur dan memotivasi jiwa dan pikiranmu setelah seharian lelah beraktivitas, bekerja, atau belajar.

Aristrokrat pada dasarnya berasal dari kata aritos. Istilah ini digunakan oleh Aristoteles di Yunani untuk menyebut pemerintahan yang dijalankan oleh orang-orang yang paling cakap (aristos). Namun, istilah ini berubah dan berkembang artinya menjadi golongan rakyat atas kaum ningrat. Maka ketatanegaraannya menjadi hilang.

Dahulu aristokrasi berkaitan dengan dua pengertian ketatanegaraan. Pertama, pemerintahan dari orang-orang yang berasal dari golongan tertentu berdasar pemilihan. Kedua, aristokrasi menurut keturunan. 

Siapa pun dia asal seorang bangsawan mempunyai hak memegang jabatan. Bentuk ini sering disebut oligarchi yaitu sistem pemerintahan yang dimonopoli oleh suatu golongan atau keluarga.

Baca juga beragam artikel Sudut Pandang dari berbagai tokoh berpengaruh, akademisi, dan para pemikir atau ahli

Selama abad pertengahan, kaum aristokrat benar-benar menguasai segala bidang kehidupan. Mereka menguasai gilde-gilde dan mengaturnya secara ketat.

Rakyat jelata dan petani ditekan oleh pola hidup yang penuh dengan ketidakadilan. Saat itu kaum bangsawan menguasai tanah, gereja mempunyai hak-hak istimewa, sementara itu raja dan kaum bangsawan mempunyai peranan politik  yang mutlak.

Peran bangsawan dengan kekayaan melimpah dan tanah yang luas terbebas dari pajak. Sementara itu, rakyat jelata dengan hidup yang pas-pasan harus menanggung beban pajak. Buruh dan petani menjadi tidak berharga dan diperlakukan tidak manusiawi.

Permasalahan kemudian muncul setelah adanya penemuan mesin uap oleh James Watt pada 1763, industri besar-besaran muncul di Inggris dan Eropa.  Industrialisasi itu melahirkan golongan borjuis dan buruh. Untuk keperluan industri dan perdagangan, diperlukan buruh yang bebas dalam jumlah banyak.

Baca juga ragam artikel BUDAYA

Kaum buruh sebagai individu harus memiliki ruang gerak yang bebas, mobilitas yang tinggi, dan kebebasan berkreasi. Namun, kebutuhan inii terhambat karena adanya beragam peraturan yang dibuat oleh kaum aristokrat.

Kebutuhan untuk membebaskan buruh tani dari belenggu aristokrat inilah yang mendorong lahirnya ideologi liberalisme. Para intelektual saat itu berusaha keras memecahkan permasalahan dalam masyarakat.

Pemikiran kaum intelektual itu kemudian disambut oleh golongan pedagang dan industri. Mereka menuntut adanya pembatasan kekuasaan bangsawan, gereja, dan gilde-gilde. Dalam perkembangannya, liberalisme dijadikan dasar bertindak dan membebaskan diri dari keterkungkungan.

Baca juga artikel serupa tentang Ideologi-Ideologi Besar di Dunia

*Disarikan dari sumber-sumber literatur yang kredibel dan dari Buku Paradigma Baru Filsafat Pancasila dan Kewarganegaraan (2009) karya Drs. Asmoro Achmadi, M.Hum.

Ruang Literasi dan Edukasi

Post a Comment

© Untaian Abjad. All rights reserved. Developed by Jago Desain