Ideologi komunisme mulai berkembang sejak meletusnya
Revolusi Bolshevik di Rusia pada 7 November 1917. Revolusi tersebut kemudian
berhasil mendirikan negara Uni Soviet. Tokoh komunisme seperti Lenin dan Stalin
kemudian menyebarluaskan ideologi tersebut hingga ke seluruh dunia, salah
satunya Cina.
Ideologi komunis Cina berbeda dengan marxisme-lenoinisme
(komunisme) yang ada di bekan negara Uni Soviet. Hal ini tidak lepas dari peran
pemimpin Cina Mao Zedong.
Mao tidak serta-merta mengadopsi ideologi
marxisme-leninisme. Namun, menyatukan filsafat kuno Cina dengan beberapa
prinsip maxisme. Komunisme yang berkembang di Cina sering disebut dengan
Maoisme.
Baca juga artikel serupa di SINAU KEWARGANEGARAAN
Ada perbedaan yang mendasar antara komunisme Cina dengan komunisme yang ada di Soviet atau negara lainnya. Komunisme Cina lebih mementingkan peran petani daripada buruh. Latar belakangnya adalah buruh Cina dianggap sebagai bagian tidak terpisahkan dari kapitalisme.
Inti ajaran Mao menyatakan bahwa konflik bersifat semesta
dan absolut. Sifat ini terjadi dalam seluruh proses perkembangan benda dari
awal sampai akhir. Ajaran itu jelas mirip dengan pendapat Karl Marx tentang
pertentangan (konflik) kelas.
Konflik itu akan mengakibatkan terjadinya krisis dan pada
akhir proses itu kaum buruhlah yang menang. Namun, Mao berpendapat lebih lanjut
bahwa setelah proses itu akan muncul krisis lagi hingga sampai pada
keseimbangan yang stabil dan harmonis.
Baca juga ragam artikel SEJARAH biar tidak melupakan Jas Merah.
Meurut Mao ada dua macam konflik. Pertama, konflik antagonis yang harus dipecahkan dengan peperangan.
Konflik ini terjadi antara kaum buruh dan pekerja dengan kaum kapitalis. Kedua, konflik nonantagonis yang harus
dipecahkan dengan diskusi. Contohnya adalah konflik antara rakyat Cina dengan
partai komunis.
Partai Komunis (Kung
Chan Tang) berdiri pada 1921 di bawah pimpinan Li Li-san. Selanjutnya, ia
digantikan oleh Mao Zedong pada 1931. Li Li-san menempatkan kaum buruh sebagai
kekuatan utama revolusi, sementara Mao menempatkan partai petani sebagai inti
gerakannya.
Pada 1924 kaum komunis bisa bersatu dengan Sun Yat Sen
dan kaum nasionalis (Kau Min Tang)
untuk menghadapi warlord di Cina
Utara. Namun, Sun Yat Sen meninggal dunia pada 1925.
Ia digantikan oleh Chiag Kai-Shek yang kemudian menyerbu
Cina Utara pada 1926. Kota Hankow dan Nanking berhasil direbut, tetapi
memunculkan permasalahan baru.
Baca juga CERPEN dan PUISI untuk menghibur dan memotivasi jiwa dan pikiranmu setelah seharian lelah beraktivitas, bekerja, atau belajar.
Koalisi antara kaum komunis dan nasionalis pun terpecah.
Kaum komunis menghendaki agar tanah-tanah yang berhasil direbut itu dibagikan.
Namun, keinginan itu ditolak oleh Chiang Kai-Shek karena masih membutuhkan
bantuan ara tuan tanah. Akhirnya, pecahlah konflik antara kaum komunis dan nasionalis.
Chiang kai-Shek menyerang kaum komunis di Shanghai pada
12 April 1927. Chiang Kai-Shek dibantu oleh Amerika Serikat, komunis dibantu
oleh Uni Soviet.
Kaum komuni kemudian mengadakan Long March pada 1934-1935. Sekitar seratus ribu kaum komunis bergera
darii Kiangshi menuju Yenan sejauh 9.000 km sehingga tinggal 20.000 orang.Aksi
tersebut merupakan aksi yang sangat menentukan bagi sejarah komunisme Cina.
Orang-oirang yang masih bertahan inilah yang menjadi inti
gerakan komunisme di Cina. Long March
merupakan seleksi kader militan, sekaligus menunjukkan keuletan kaum komunis
dalam menghadapi kesulitan.
Baca juga beragam artikel Sudut Pandang dari berbagai tokoh berpengaruh, akademisi, dan para pemikir atau ahli
Paham komunisme pun bisa disebarkan di sepanjang 9.000 km
sekitar rute yang dilalui. Penyebab aks long
march, yakni sebagai berikut.
- Untuk menjauhkan diri dari pusat kekuatan kaum nasionalis.
- Mendekatkan diri dengan Uni Soviet sebagai kasus dukungan.
- Mendekatkan diri pada musuh bersama Cina dan Soviet yaitu Jepang.
- Karakter penduduk Cina Utara lebih sesuai dengan kebudayaan Cina.
- Cina Utara merupakan pusat agraria dan kaum petani merupakan pendukung utama Mao Zedong.
Baca juga ragam artikel BUDAYA
Begitulah konflik yang terjadi antara kaum komunis dan
nasionalis. Kedua kelompok bisa bersatu saat terjadi Perang Dunia II. Namun,
setelah tentara Sekutu menang dan Jepang kalah, konflik kedua kelompok terjadi
kembali.
Selain itu, antara Amerika Serikat dan Uni Soviet juga
berebut pengaruh untuk memanfaatkan Cina sebagai bagian kekuasaan. Perang
antara komunis dan nasionalis meletus kembali pada 1946.
Dengan dukungan Uni Soviet dan kemampuan memengaruhi
rakyat, komunis berhasil memenangkan perang. Seluruh Cina pun jatuh ke tangan
komunis.
Pada 1 Oktober 1949 mao Zedong memproklamasikan berdirinya Republik Rakyat Cina (RRC). Namun, Amerika Serikat tidak mengakuinya dan hanya mengakui Republik Nasionalis Cina di Formosa atau Taiwan.
Baca juga artikel serupa tentang Ideologi-Ideologi Besar di Dunia
*Disarikan dari sumber-sumber literatur yang kredibel dan dari Buku Paradigma Baru Filsafat Pancasila dan Kewarganegaraan (2009) karya Drs. Asmoro Achmadi, M.Hum.