Strategi Kerja Sama Bangsa Indonesia Menghadapi Tirani Jepang

Kerja sama merupakan salah satu strategi yang digunakan bangsa Indonesia dalam melawan tirani Jepang.

Dalam menghadapi tirani Jepang selama 3,5 tahun, bangsa Indonesia menerapkan berbagai strategi, mulai dari menggunakan cara-cara halus hingga perlawanan terbuka. Kelompok nasionalis yang telah ada sejak masa pergerakan pun memiliki reaksi dan strategi yang berbeda dalam menghadapi Jepang.

Pranoto (2000) mengklasifikasikan mereka ke dalam tiga kelompok.

  1. Kelompok moderat yang mau bekerja sama dengan Jepang yang kemudian mendirikan organisasi Tiga A.
  2. Kelompok radikal yang bergerak di bawah tanah, meliputi Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Partai Sosialis Indonesia (PSI).
  3. Kelompok nasionalis yang setelah dikeluarkan dari penjara Belanda mau bekerja sama dengan Jepang, termasuk Sukarno dan Hatta.

Baca juga kumpulan Materi Sejarah Kelas XI

Pada masa penjajahan Belanda, kedua tokoh ini memilih jalur non kooperasi atau menolak bekerja sama dengan Belanda. Namun, pada masa penjajahan Jepang, mereka mengambil posisi yang berbeda melalui strategi kerja sama dengan Jepang.

Selain Sukarno dan Hatta, tokoh lain yang berjuang melalui jalur kerja sama antara lain Muh. Yamin, Otto Iskandardinata, Mr. Sartono, G.S.S.J. Ratu Langi, Sutardjo Kartohadikusumo, Mr. Syamsudin, Dr. Mulia, dan sebagainya.

Melalui strategi kerja sama, mereka berhasil membangun jejaring sambil meneruskan perjuangan dalam batas-batas yang dimungkinkan (Hariyono, 2014).

Baca juga ragam artikel SEJARAH biar engkau menjaga pesan Soekarno "Jas Merah"

Selain para pemimpin nasionalis, kelompok lain yang juga dirangkul oleh Jepang untuk bekerja sama adalah kelompok Islam. Tahukah kalian mengapa Jepang berusaha mendapatkan dukungan dari kelompok ini?

Sebelum menjajah, pihak Jepang sudah mempelajari situasi di Indonesia dan mereka menyadari pentingnya unsur Islam sebagai suatu kekuatan penting dalam masyarakat Indonesia (Imran, 2012). Oleh karenanya, mereka kemudian diberi sedikit ruang melalui organisasi Majelis Islam A’laa Indonesia (MIAI).

Tahukah kalian mengapa sebagian pemimpin bangsa Indonesia bersedia untuk bekerja sama? Sebenarnya, para pemimpin kita mengalami posisi yang dilematis dalam menghadapi Jepang.

Baca juga beragam CERPEN dan PUISI untuk menghibur dan memotivasi jiwa serta pikiranmu setelah seharian sibuk beraktivitas, bekerja, atau belajar.

Sebagai pemimpin, tentu saja mereka sangat ingin untuk melindungi rakyat dalam perjuangan menuju Indonesia merdeka. Namun di sisi yang lain, Jepang sangat keras dan kejam dalam menuntut mereka membantu perang Jepang.

Dapatkah kalian membayangkan dilema yang mereka alami? Dalam situasi yang serba sulit, mereka menerima ajakan Jepang bekerja sama sambil tetap mencari cara untuk mencapai Indonesia merdeka.

Kelompok yang bekerja sama dengan Jepang ini kemudian menjadi pemimpin dari berbagai organisasi bentukan Jepang seperti Gerakan Tiga A, Poetera, dan Jawa Hokkokai.

Baca juga: Petani dan Puing-Puing Langgar

Pada awalnya para tokoh nasionalis akan dimanfaatkan Jepang untuk membantu meraih simpati rakyat, namun para pemimpin kita justru mampu memanfaatkan sedikit ruang yang diberikan oleh Jepang melalui ketiga organisasi itu untuk kepentingan bangsa Indonesia sendiri.

Sebagai contoh, Sukarno berkesempatan untuk mengunjungi berbagai daerah dan memberikan pidato yang dapat membangkitkan nasionalisme. Meskipun demikian, kelompok yang bekerja sama dengan Jepang juga mendapat kritik dari kelompok yang bergerak di bawah tanah seperti para pemuda yang dekat dengan Syahrir.

Mengapa demikian? Apakah kalian dapat menebak jawabannya?

Baca juga: Cipung

Dalam bukunya, Hariyono (2014) menjelaskan bahwa bagi kelompok pemuda, tindakan Sukarno dan Hatta yang ikut mempropagandakan kepentingan perang Jepang sudah terlalu jauh dalam membela Jepang dan mengorbankan rakyat.

Meskipun demikian, sebenarnya Sukarno maupun Hatta berada dalam posisi yang serba sulit. 

Para pemuda tidak banyak tahu bahwa sebenarnya kedua tokoh ini tidak hanya berusaha melindungi rakyat sebisa mereka, tapi juga berusaha membujuk Jepang agar tidak bersikap terlalu keras kepada kelompok yang tidak mau bekerja sama.

Baca juga ragam artikel KEBAHASAAN biar diksimu makin banyak dan kemampuan bahasamu makin jago.

*Disarikan dari sumber-sumber literatur yang kredibel.

Ruang Literasi dan Edukasi

Post a Comment

© Untaian Abjad. All rights reserved. Developed by Jago Desain