Diakronis (Kronologi) dan Sinkronis dalam Sejarah

Diakronis (Kronologi) dan Sinkronis dalam Sejarah


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ilmu sejarah adalah ilmu yang mengkaji tentang waktu. Ilmuwan sosial bernama John Galtung, dalam bukunya yang berjudul Theory and Method of Social Research tahun 1966, berpendapat bahwa sejarah adalah ilmu diakronis (diachronic) dan ilmu sosial lainnya adalah ilmu sinkronis. 

Sebagai ilmu yang diakronis, Kuntowijoyo (2008) menjelaskan bahwa sejarah adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala yang memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang. 

Sebagai contoh penelitian sejarah yang diakronis adalah Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agraris Madura: 1850-1940 karya Dr. Kuntowijoyo, Sejarah Industri Minyak di Sumatera Utara: 1896-1940 karya Dr. Bambang Purwanto, serta masih banyak contoh karya-karya lainnya dari ahli sejarah Indonesia.

Rentang waktu dari tahun 1850-1940 pada contoh pertama dan dari tahun 1896-1940 pada contoh kedua menunjukkan rentang waktu yang panjang, tetapi terbatas pada ruang, yaitu hanya wilayah Madura pada contoh satu dan wilayah Sumatera Utara pada contoh kedua. 

Hal inilah yang membedakannya dari penelitian ilmu sosial yang sinkronis seperti sosiologi, ilmu politik, antropologi, ilmu ekonomi.

Baca juga artikel lainnya tentang Sudut Pandang untuk mengetahui ragam pemikiran dari berbagai orang

Ilmu sinkronis adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala yang meluas dalam ruang, tetapi dalam waktu yang terbatas. 

Coba kalian baca hasil penelitian sosiolog Selo Soemardjan yang berjudul Perubahan Sosial di Yogyakarta, dan penelitian antropolog Robert W. Hefner berjudul Geger Tengger: Perubahan Sosial dan Perkelahian Politik yang menjelaskan perubahan sosial pada masyarakat Suku Tengger di Jawa Timur. 

Mari kita bandingkan perbedaannya, sehingga kalian memahami lebih jelas bahwa ilmu sejarah menekankan diakronis, sementara ilmu sosial lain menekankan sinkronis.

Berdasarkan dua perbandingan tersebut dapatkah kalian memahami bahwa ilmu sejarah itu diakronis, yang menjelaskan berbagai peristiwa masa lalu dalam rentang waktu yang panjang. Sebagai ilmu yang diakronis, ilmu sejarah menekankan proses dan dinamika suatu peristiwa di masa lampau, berdasarkan perkembangan, perubahan, kesinambungan dan pengulangan.

Baca juga beragam artikel SEJARAH lainnya.

KRONOLOGI

Sebagai ilmu diakronis, menurut Zed (2018), ilmu sejarah menjelaskan perubahan dalam lintasan waktu yang disampaikan secara berurutan dari waktu yang paling awal hingga yang paling akhir. Artinya, ilmu sejarah diakronis disampaikan secara kronologis. 

Kronologi dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Yunani yaitu “chronos” yang berarti waktu. Merujuk pada kamus Merriam-webster, kronologi adalah pengaturan atau pengorganisasian setiap peristiwa dalam urutan kejadian.

Apabila kalian memperhatikan buku-buku sejarah, majalah, koran atau pun aplikasi media daring yang memuat konten sejarah, peristiwa bersejarah disampaikan secara kronologis. Dalam konten tersebut kronologi memaparkan urutan berbagai kejadian penting yang membentuk suatu peristiwa bersejarah.

Baca juga artikel BUDAYA agar makin cinta dengan budaya Indonesia

PERIODISASI

Ketika kalian belajar sejarah, terdapat periodisasi  yang juga menjadi hal penting untuk diperhatikan. Periodisasi adalah pembabakan waktu dalam sejarah dengan cara menghubungkan berbagai peristiwa sesuai dengan masanya dalam satu periode. Periodisasi dalam sejarah berdasarkan kriteria tertentu yang ditentukan oleh sejarawan. 

Sebagai contoh periodisasi berdasarkan waktu adalah masa praaksara dan masa aksara. Pembeda dari kedua periodisasi ini adalah waktu ketika manusia telah mengenal tulisan atau belum. 

Menurut Kuntowijoyo (2008), sejarawan membuat waktu yang terus bergerak agar mudah dipahami dengan membaginya dalam babak-babak, periode-periode tertentu. Pengklasifikasikan atas waktu pada contoh di atas adalah periodisasi.

Baca juga artikel-artikel tentang SOSOK orang-orang berpengaruh dan jenius.

Tujuan dari periodisasi adalah untuk memudahkan memahami suatu peristiwa bersejarah dalam rentang waktu dan klasifikasi tertentu. Salah satu contoh periodisasi sejarah Indonesia yang dilakukan oleh sejarawan Taufik Abdullah pada karyanya Indonesia dalam Arus Sejarah adalah:

  1. Prasejarah
  2. Kerajaan Hindu-Buddha
  3. Kedatangan dan Peradaban Islam
  4. Kolonialisasi dan Perlawanan
  5. Masa Pergerakan Kebangsaan
  6. Perang dan Revolusi
  7. Pasca-Revolusi
  8. Orde Baru dan Reformasi

Beberapa sejarawan lain juga melakukan periodisasi sejarah Indonesia, misalnya Denys Lombard, M.C. Ricklefs, Kuntowijoyo, Sartono Kartodirjo, dan Parakitri T. Simbolon. Untuk memperkaya khazanah pengetahuan sejarah Indonesia, kalian dapat membaca buku karya para sejarawan tersebut.

BERPIKIR SINKRONIS

Setelah kalian belajar tentang berpikir diakronis melalui berbagai aktivitas belajar di materi sebelumnya, diskusi kita beranjak pada sifat sinkronis. Apakah yang dimaksud dengan sinkronis? 

Sinkronis secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yaitu “synchronous” yang berarti terjadi secara bersamaan. Seperti yang sudah dijelaskan pada materi sebelumnya, ilmu sejarah memanjang dalam waktu sekaligus juga melebar dalam ruang. 

Sinkronis dalam ilmu sejarah merujuk pada ruang tempat terjadinya suatu peristiwa atau kejadian yang menjelaskan tentang situasi dan kondisi (konteks) suatu masyarakat, sebab-akibat, dan korelasi (pola hubungan) atas suatu peristiwa. 

Baca juga beragam CERPEN untuk hiburan dan asupan jiwa pun pikiranmu.

Situasi dan kondisi yang dimaksud dapat berupa kondisi ekonomi, seperti kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat; atau mengacu pada profesinya, misalnya sebagai pedagang, petani, dan lain-lain. 

Kondisi atau konteksnya juga dapat berupa kondisi geografis, misalnya keadaan alam dan sumber daya alamnya, situasi dan kondisi budaya, suku dan tradisi suatu  masyarakat, atau situasi dan kondisi sosial tentang keragaman sosial masyarakat yang dapat dilihat dari pelapisan sosial maupun diferensiasi sosialnya.

Meskipun ilmu sejarah dan ilmu sosial lainnya sama-sama bersifat sinkronis dan diakronis, keduanya memiliki kecenderungan berbeda. Ilmu sejarah cenderung bersifat ilmu diakronis sementara ilmu sosial lainnya seperti ilmu sosial dan humaniora cenderung sebagai ilmu sinkronis.

Berpikir sinkronis dalam belajar sejarah mendorong kalian untuk menjelaskan secara terperinci mengenai konteks (situasi dan kondisi) suatu masyarakat, hubungan sebab-akibat, hubungan (korelasi) antarfaktor. 

Adapun maksud dari penjelasan, situasi dan kondisi (konteks) dapat kalian jelaskan berdasarkan kondisi ekonomi, adat-istiadat, struktur sosial, komposisi penduduk, kondisi politik, dan aspek-aspek lainnya.

Baca juga Seluk-Beluk Dunia Pendidikan

Kalian telah mempelajari kekhasan pertama dari ilmu sejarah yaitu berpikir diakronis (kronologi) yang memfokuskan pada perubahan, perkembangan, kesinambungan, dan pengulangan untuk menganalisis obyek kajian ilmu sejarah. 

Selanjutnya, kekhasan kedua yaitu berpikir sinkronis yang memfokuskan pada pemahaman situasi dan kondisi suatu tempat, sebab-akibat, serta korelasi antara berbagai aspek kehidupan suatu peristiwa bersejarah.

Ditulis dari berbagai referensi sumber yang kredibel atau dapat dipercaya.

Ruang Literasi dan Edukasi

Post a Comment

© Untaian Abjad. All rights reserved. Developed by Jago Desain