Artikula dan Klasifikator pada Nomina

Nomina dapat dibagi berdasarkan keanggotaannya, yaitu nomina, pronomina, dan artikula. Selain itu ada juga bahasan tentang klasifikator

Nomina pada dasarnya dapat dibagi berdasarkan keanggotaannya, yaitu nomina atau kata benda, pronomina, dan artikula. Sebagai anggota kelas nomina, pronomina sudah dibahas secara detail pada artikel sebelumnya. Dalam artikel ini akan membahas secara rinci kelas nomina yakni artikula. Selain itu akan membahas secara detail juga tentang klasifikator atau kata bantu bilangan.

A. Artikula

Artikula atau kata sandang dimasukkan sebagai sub kelas kata benda karena ia merupakan bagian dari kata benda yang berfungsi sebagai penentu kata benda tersebut. 

Dalam uraian mengenai kata gantu penghubung sudah dikemukakan pula tentang kata yang, yang pada mulanya hanya mengandung fungsi penentu. Fungsi yang sebagai penentu itulah yang disebut kata sandang dalam bahasa Indonesia.

Baca juga beragam artikel KEBAHASAAN biar keterampilan bahasamu makin jago.

Fungsi lainnya ialah sebagai alat nominalisasi. Sebagai alat nominalisasi kata yang bersama-sama kata lainnya menduduki posisi sebagai kata benda. Misalnya, yang besar, yang lemah, dan yang kaya bersama-sama adalah kata benda yang diperoleh melalui proses nominalisasi dengan yang.

Dengan demikian, artikula atau kata sandang mengandung fungsi-fungsi sebagai berikut,

  1. Menentukan kata benda;
  2. Menominalisasikan suatu kata: yang besar, yang kaya, yang miskin, dan sebagainya.

Kata-kata sandang yang umum dalam bahasa Indonesia, yaitu yang , si, sang, hang, dan dang. Kata sang, hang, dan dang sering digunakan dalam kasusastraan lama; sekarang kurang digunakan lagi, kecuali kata sang, yang kadang-kadang digunakan untuk mengagungkan, kadang-kadang untuk menyatakan ejekan.

Baca juga Pengertian Nomina atau Kata Benda

B. Klasifikator

Dalam tata bahasa Indonesia sering disebut sebuah istilah kata bantu bilangan. Disebut demikian karena kata-kata yang dimaksud selalu digunakan untuk mendampingi kata bilangan yang menyatakan jumlah suatu barang.

Kata-kata semacam ini sebenarnya adalah kata benda biasa, tetapi merosot maknanya sehingga tidak mengandung makna dasar lagi dan hanya menduduki fungsi tertentu. Fungsinya yang dikenal sejauh ini adalah fungsi pendamping kata bilangan.

Namun, lebih tepat kalau kata-kata itu dilihat sebagai mengandung fungsi untuk mengklasifikasi kata-kata yang dijelaskannya bersama kata bilangan. karena itu, kata-kata tersebut lebih tepat disebut sebagai klasifikator.

Sebagai klasifikator, kata-kata ini membedakan nomina atas nomina bernyawa dan tak bernyawa. Nominya bernyawa terbagi atas dua tingkatan, yaitu manusia (human) dan binatang. Sementara yang tak bernyawa dapat dibagi-bagi atas kelas-kelas yang lebih kecil, yang umumnya didasarkan pada bentuk bendanya. 

Baca juga Kalimat Majemuk: Pengertian, Jenis, dan Contohnya

Dengan demikian, klasifikator berdasarkan tingkat kenyawaan tersebut, yaitu sebagai berikut.

1. Kenyawaan Tinggi (Manusia)

Untuk kenyawaan tinggi (manusia) biasanya digunakan kata orang yang menyertai sebuah kata bilangan untuk menyatakan jumlah orang tersebut. Klasifikator orang biasanya digunakan untuk manusia, malaikat, dan dewa-dewa. Misalnya

  • Sepuluh orang siswa mengikuti perlombaan itu.
  • Untuk melaksanakan pertemuan ini, diminta kesediaan lima orang tenaga ahli sebagai pengarah.

2. Kenyawaan Menengah (Binatang)

Untuk kenyawaan menengah (binatang) biasanya digunakan kata ekor untuk menyertai kata bilangan yang menyatakan jumlah binatang itu, baik binatang darat, laut, maupun udara, tanpa mempersoalkan apakah binatang itu berekor atau tidak. Misalnya:

  • Pertualang itu berhasil menyelundupkan lima ekor orang utan ke luar negeri.
  • Seekor gajah yang mengamuk di kebun binatang itu telah menewaskan seorang petugas.
Baca juga CERPEN dan PUISI untuk menghibur dan memotivasi jiwa dan pikiranmu setelah seharian lelah beraktivitas, bekerja, atau belajar.

3. Kenyawaan Rendah (Tak Bernyawa)

Seperti sudah dikemukakan di atas, kelas nomina dapat diklasifikasikan atas kelompok-kelompok yang lebih kecil berdasarkan bentuknya. Namunu, di samping itu ada juga klasifikator yang bersifat umum, tanpa mempersoalkan bbentuknya.

Klasifikator untuk nomina tak bernyawa, yaitu sebagai berikut.

  • Buah: untuk buah-buahan dan dipakai sebagai klasifikator yang bersifat umum, seperti tiga buah kapal, dua buah rumah, tiga buah gunung, sebuah jeruk, lima buah jeruk, dua buah rencana;
  • Batang: untuk barang-barang yang bulat panjang bentuknya, seperti pohon, rokok, sungai, emas, besi;
  • Bentuk: untuk barang-barang yang dapat dibengkokkan atau berbentuk melengkung, seperti cincin, mata kail, gelang;
  • Belah: untuk barang-barang yang mempunyai pasangan, seperti mata, telinga, tangan;
  • Bidang: untuk barang-barang yang luas, rata, dan tentu batasnya, seperti tanah, ladang, sawah.
  • Helai: untuk barang yang tipis atau halus, seperti kertas, daun, rambut, benang, baju, kain;
  • Bilah: untuk barang-barang yang terbentuk seperti belahan bambu yang tipis dan tajam, misalnya pisau, pedang, keris;
  • Utas: untuk barang-barang yang panjang, seperti tali, benang, rantai;
  • Potong: untuk bagian-bagian berupa potongan-potongan dari suatu barang, seperti kayu, roti, kertas;
  • Butir: untuk benda-benda yang bundar kecil bentuknya, seperti telur, intan, beras, mutiara;
  • Tangkai: untuk barang-barang yang memiliki tangkai, seperti bunga, payung;
  • Pucuk: untuk barang-barang yang ujungnya runcing, seperti surat, meriam, senapan;
  • Carik: untuk sobekan-sobekan atau helai dari sesuatu barang, seperti kertas, surat, kain;
  • Rumpun: untuk tumbuh-tumbuhan yang tumbuh secara anak-beranak seakan-akan mempunyai akar yang sama, seperti tebu, bambu, buluh, pisang, serai;
  • Keping: untuk barang-barang yang pipih tipis, seperti papan, mata uang logam, logam;
  • Biji: untuk barang-barang yang membentuk butiran buah yang kecil-kecil, seperti mata, kelikir, padi, jagung, kacang;
  • Kuntum: untuk sesuatu yang berbentuk seperti kuncup (kembang yang belum mekar), seperti bunga;
  • Patah: untuk kata (bandingkan kata patah dengan kata pepatah, jadi tidak ada hubungan dengan kata patah yang berarti “putus”);
  • Kaki: untuk sesuatu barayng yang berpenopang yang seakan-akan berfungsi seperti kaki, misalnya bunga, payung;
  • Laras: untuk sesuatu yang berbentuk pembuluh, seperti bedil, senapan, meriam.

 *Disarikan dari buku Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia untuk Tingkat Pendidikan Menengah karya Gorys Keraf pada 1991 terbitan Grasindo.

Ruang Literasi dan Edukasi

Post a Comment

© Untaian Abjad. All rights reserved. Developed by Jago Desain