Sedekah Laut Randusanga
Sedekah laut merupakan
ritual yang dilakukan oleh warga dipesisir pantai, contohnya di Desa Randusanga
Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes. Sedekah laut merupakan rutinitas yang wajib
dilaksanakan oleh warga Randusanga. Tradisi ini merupakan suatu bentuk upacara
tradisional yang dilakukan oleh warga setempat dan tamu undangan yang dipimpin
oleh sesepuh dan pinisepuh daerah tersebut.kebudayaan ini bersifat abstrak ,dan
kebudayaan ini merupakan adat istiadat mengatur dan memberi arah kepada
perbuatan dan karya manusia dalam aspek fisik.
Upacara ini mempunyai makna
yaitu ucapan puji syukur warga terhadap rizki yang diberikan dan sebagai kesanggupan untuk berbakti kepada ibu
pertiwi serta melestarikan warisan dari nenek moyang secara umum dalam bentuk
upacara tradisi sedekah laut, yaitu memberikan sedekah atau sesaji kepada laut
yang telah memberikan hasil laut yang melimpah kepada masyarakat
Randusanga,pendukungnya dengan sebuah harapan agar kehidupan tetap aman dan
dapat memberikan penghasilan yang melimpah ruah serta dijauhkan dari segala
macam mara bahaya .Upacara ini juga merupakan selamatan yang perlu dilakukan
untuk bersedekah dan dapat digunakan sebagai simbolis penolak bala .
Maksud dan tujuan dari
tradisi sedekah laut ini adalah memberikan persembahan dan penghormatan yang
berupa sesaji yang ditunjukan kepada roh – roh para leluhur dan penguasa laut
yang dianggap telah menjaga para nelayan dan bumi pertiwi yang ditempati dalam
keadaan aman, tentram, sejahtera jauh dari segala macam persoalan-persoalan dan
mara bahaya, dan sedekah laut ini juga bertujuan untuk mendidik kaum muda
sehingga nelayan pintar bersyukur, menjunjung tinggi rasa saling kerjasama, persatuan,
ketulusan dan pengorbanan.
Upacara sedekah laut ini
juga diadakan dalam rangka memenuhi kebutuhan spiritual, supaya eling marang
purwa daksira. Tradisi ini sebenarnya bersumber dari agama yang diberi hiasan
budaya daerah , oleh karena itu orientasi kehidupan rohani orang jawa
senantiasa memperhatikan nilai – nilai luhur yang telah diwariskan secara turun
temurun oleh nenek moyang. Disamping itu upacara tradisi ini dilakukan dalam
rangka memeroleh solidaritas sosial dan juga membutuhkan etos kerja gotong
royong . Semua itu dilaksakan dengan membutuhkan banyak orang dalam upacara
tersebut.
Biasanya upacara sedekah
laut dilaksanakan pada bulan syawal setelah lebaran. Tapi , pada tahun kemarin
pelaksanaannya dilaksanakan lebih cepat, yaitu seminggu setelah idul fitri .
Ritual ini adalah sebuah tradisi yang bersyukur atas rejeki yang diberikan oleh
Allah kepada nelayan warga desa Randusanga kulon.
Prosesi upacra ini
menggunakan sesaji,antara lain sesaji itu adalah kepala kambing,kepala kerbau
beserta kakinya,replica kapal kecil yang terbuat dari kayu yang dihiasi dengan
janur kuning yang mempunyai arti sebagai pelindung dari segala maksud jahat
maupun gangguan dari makhluk halus,kembang tujuh rupa,kendi,kemenyan berguna
untuk mengusir roh jahat yang akan mengganggu jalannya upacara adat,nasi
tumpeng sebagai penghormatan kepada arwah para leluhur yang telah meninggal
dunia ,pisang ayu dan suruh ayu mempunyai arti untuk menginginkan kehidupan
yang lebih indah,bahagia,tentram dan sejahtera,tebu wulung,jajan pasar sebagai
lambang pengharapan dan lain – lain. mengapung dua persembahan berisi kepala
kambing,kerbau,kaki, dan menggunakan replika kecil dari kapal.
Pelaksanaan persembahan
ritual ini dimulai pukul 08.00 WIB,keberangkatan dimulai dari halaman balai
desa Randusanga kulon . Urutan ini dimulai dengan keberangkatan kelompok
sekitar desa diikuti kepala
desa,perangkat, lembaga desa,termasuk tim penggerak PKK,termasuk para pemimpin
nelayan dan komite keseluruhan. Upacara
ini disamping dermaga untuk naik kapal yang akan membawa persembahan ke tempat
prosesi larung saji menuju ke laut dengan diiringi 25 putri dhomas
,barongan,barongsai,marching band, dan tong-tongklek. Selain korban mengapung
prosesi ada berbagai jenis lomba atau acara yang diadakan di Desa Randusanga
kulon, antara lain mendaki kacang,tarik tambang, memancing, sepak bola, kontes
menangkap itik, dan lomba dayung perahu. Berlangsunya acar ini mebutuhkan dana
yang tidak sedikit,menghabiskan sekitar 350 juta. Semua dana itu didapat dari
nelayan setempat. Nelayan – nelayan tersebut dibagi menjadi nelayan ngorsen
atau disebut mancing,nelayan nyantrang,holer,mrawe,dan njareng. Dan tiap - tiap
jenis nelayan tersebut menyumbang hiburan atau bahkan dana semata. Agar tidak
terkesan hura-hura semata,karena begitu banyaknya pemusik dangdut yang
didatangkan,maka sebagai puncak acara digelar pengajian. Pengajian seperti itu
jelas merupakan pengajian yang dijadikan alasan untuk menepis adanya muatan
kemusyrikan dan aneka kemunkaran yang terkandung di dalam tradisi Lomban atau
Pesta Laut ini. Tradisi, budaya, dan pengajian telah dijadikan media untuk
menjejalkan kemusyrikan dan aneka kemunkaran. Pelakunya, jelas dilaknat Allah
Subhanahu wa Ta’ala.Tapi tidak hanya acara itu saja yang digelar dalam sedekah
laut ini,masih pertunjukan lain,misalnya pertandingan bola volley putra dan
putri, band-band anak muda,ketoprak,dan wayang kulit.
Post a Comment