Buah “Emas” yang Diperebutkan Dunia
Ada satu benda
kecil yang diburu oleh seluruh dunia. Bukan berlian maupun permata. Bangsa
Eropa rela menyeberangi samudra untuk mendapatkannya, lalu menjualnya setara
emas. Benda itu bernama pala.
Buah berwarna
kekuningan berbiji hitam dan berselaput merah itu menjadi tujuan pendatang dari
berbagai bangsa yang menjejakkan kaki mereka di Kepulauan Banda, Maluku,
ratusan tahun lalu.
Bagaimana sejarah
pala dan Kepulauan Banda? Beginilah kisahnya.
Selamat datang di
Kepulauan Banda. Mungkin jika bukan karena pala, boleh jadi pulau ini takkan
pernah terdengar namanya. Pala adalah jiwa, sejarah, dan ekonomi Kepulauan
Banda. Selama berabad lamanya, inilah satu-satunya tempat di dunia yang
menghasilkan buah pala.
Baca juga artikel lainnya tentang Sudut Pandang untuk mengetahui ragam pemikiran dari berbagai orang
Namun, siapa
sangka harumnya buah pala tercium hingga ke negeri seberang. Dimulai dari
menjelang abad ke-6, rempah-rempah ini harumnya sudah mencapai Byzantium, 12
ribu kilometer jauhnya dari Banda. Pada tahun 1000 M, seorang dokter dari
Persia, Ibnu Sina menulis tentang “jansi ban”, atau “kacang dari Banda”.
Para pedagang Arab
sudah begitu lama memperdagangkannya dan mengirimnya ke Venesia untuk kemudian
dikirim dan dihidangkan di meja-meja para bangsawan Eropa. Harganya fantastis.
Pada abad ke- 14, di Jerman disebutkan bahwa 1 pon pala, dihargai setinggi
“seven fat oxen”, atau tujuh sapi jantan dewasa yang gemuk.
Baca juga beragam artikel SEJARAH lainnya.
“Kesaktian” pala
pun berlanjut sampai perburuan akan asal-usul pala ikut mendorong terbentuknya
dunia perdagangan modern
Pada 1453,
Kekaisaran Turki Usmani menaklukkan Konstantinopel (kini Istanbul) dan
mengembargo perdagangan yang melewatinya. Padahal, selama ratusan tahun
sebelumya, para pedagang Arab melewati kota ini untuk mengirim pala ke Venesia.
Embargo ini kemudian menghentikan suplai pala ke Eropa.
Inilah yang
membuat para pedagang dan pengembara lautan Eropa mencari sendiri asal-usul
buah pala yang selama ini sering disebut sebagai Fabled Land, atau negeri
dongeng, melalui rute ke timur.
Baca juga beragam CERPEN untuk hiburan dan asupan jiwa pun pikiranmu.
Akhirnya
Christoper Columbus berlayar menyeberangi Samudra Atlantik untuk mencari jalan
ke India. Vasco de Gama mengitari Cape of Good Hope pada 1497 dan kru kapalnya
turun dari kapal sambil menangis berteriak “For Christ and spices!” (Untuk
Tuhan dan rempah-rempah).
Pada 1511, Alfonso
de Albuquerque menyerang pulau-pulau di kepulauan Maluku, termasuk di dalamnya
Banda. Dia membangun benteng-benteng untuk mengonsolidasikan monopoli atas
perdagangan pala hingga seabad kemudian.
Sampai pada tahun 1605, Belanda datang untuk menyingkirkan Portugis setelah menaklukkan Ambon. Untuk memonopoli perdagangan pala dan bunga pala, Perusahaan Dagang Hindia Belanda atau Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) membangun pos perdagangan di Banda.
VOC juga membuat perjanjian dengan warga Banda yang mengharuskan
warga menjual pala dan bunga pala hanya kepada VOC. namun, warga Banda masih
boleh menjual hasil buminya kepada pedagang dari Jawa, Makassar, dan Inggris.
Baca juga artikel-artikel tentang SOSOK orang-orang berpengaruh dan jenius.
Tahun 1609,
ketegangan semakin memuncak. Admiral Verhoeff dari Belanda harus meregang nyawa
saat negosiasi dengan warga Banda. VOC pun berusaha menggunakan kekuatan dan
diplomasi di tahun-tahun berikutnya untuk menguasai Banda sepenuhnya.
Bersamaan dengan
itu, Inggris datang untuk mendirikan koloni di pulau-pulau terpencil yaitu
Pulau Run dan Ay pada tahun 1616. Mengetahui hal tersebut, VOC merasa terancam
dan menganggap bahwa Inggris berupaya untuk memonopoli perdagangan pala dan
bunga pala serta mengusir VOC.
Lima tahun
kemudian, VOC berhasil menguasai Banda setelah mengirim 2.000 tentara lebih
dari Batavia (kini Jakarta). Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen memimpin
pasukan itu untuk membunuh ribuan war ga Banda. Kekejaman dan perbudakan
pertama di Nusantara pun terjadi. Belasan ribu orang meregang nyawa akibat ulah
Belanda yang datang dan ingin berkuasa.
Di satu sisi, Belanda dan Inggris terus terlibat dalam pertempuran hingga 50 tahun ke depan. Belanda ingin sepenuhnya menguasai Kepulauan Banda, tetapi masih ada Inggris di Pulau Run dan Ay. Akhirnya, keduanya sepakat untuk berkompromi dan tukar guling dalam Perjanjian Breda pada 1667.
Inggris bersedia memberikan Pulau Run ke
Belanda, sebagai gantinya Belanda menyerahkan Pulau Manhattan di New York.
Perjanjian ini memuluskan monopoli VOC atas perdagangan pala global.
Baca juga artikel BUDAYA agar makin cinta dengan budaya Indonesia
Tak butuh waktu
lama bagi VOC untuk menjelma menjadi perusahaan ter besar di dunia. Pada tahun
1669, VOC membayar divi den tahunan 40%, dengan 50.000 karyawan, 10.000
tentara,
dan 200 kapal
besar, sebagian besar adalah kapal perang. Belanda mengamankan monopoli
perdagangan pala dengan merahasiakan lokasi Pulau Banda, bahkan dengan
memandulkan biji-biji pala yang dijual.
Petaka datang bagi
VOC pada 1769 ketika seorang ahli holtikultura berkebangsaan Prancis, Pierre
Poivre, berhasil mencapai Pulau Banda dan menyelundupkan buah pala dan
bibit-bibit pohon pala. Prancis kemudian menanam biji dan bibit pohon pala di
koloni mereka di Mauritius. Itulah awal kehancuran monopoli pala oleh Belanda.
Setelah itu,
Inggris berhasil menguasai Banda pada 1796–1802, dan mengembangkan perkebunan
pala di Penang dan Singapura serta daerah-daerah jajahan lain. Pulau Grenada di
Karibia, salah satu jajahan Inggris, pada akhirnya menjadi daerah pengekspor
pala terbesar di dunia.
Terlepas dari
kelamnya sejarah buah bernama latin Myristica fragans ini, tanaman pala
merupakan pohon hutan yang kecil, tinggi sekitar 18 m dan termasuk dalam family
Myristicaceae yang mempunyai sekitar 200 spesies. Tanaman ini tumbuh baik di
bawah keteduhan pohon tinggi lainnya dan menjadi rempah-rempah paling langka di
zamannya. (K-YN)
Post a Comment