Pola Frasa dalam Bahasa Kita

Pola Frasa dalam Bahasa Kita. Pola Frasa dalam Bahasa Indonesia

Selama ini, saya mengetahui bahwa bahasa Indonesia memiliki dua pola pembentukan frasa, yaitu pola diterangkan-menerangkan (D-M) dan menerangkan-diterangkan (M-D). Mari, kita segarkan kembali ingatan kita mengenai dua pola tersebut.

Pertama-tama, frasa adalah kelompok kata yang terdiri atas dua kata atau lebih. Di dalam frasa, terdapat unsur inti dan unsur pewatas. Mobil merah, misalnya, adalah frasa dengan mobil sebagai unsur inti dan merah selaku unsur pewatas. Frasa tersebut berpola diterangkan-menerangkan sebab mobil merupakan unsur inti yang diterangkan, sedangkan merah adalah unsur yang menerangkan.

Saya berikan contoh lain supaya kita tidak bingung, ya.

  1. buku baru
  2. orang tampan
  3. rumah mewah

Tiga contoh itu pun merupakan frasa yang berpola diterangkan-menerangkan. Buku, orang, dan rumah berdiri sebagai unsur inti yang diterangkan. Ketiganya masing-masing dilengkapi dengan pewatas baru, tampan, serta mewah yang bertugas menerangkan. 

Baca juga artikel tentang Kebahasaan Lainnya.

Pada umumnya, frasa berpola D-M merupakan frasa nominal seperti tiga contoh di atas. Selain itu, frasa numeral pun berbentuk D-M, misalnya enam sentimeter, sepuluh kilometer, dan sembilan gram.

Kemudian, pola pembentukan frasa lainnya adalah menerangkan-diterangkan (M-D). Pola ini lazim kita temukan pada bentuk frasa adjektival, seperti sangat cantik, kurang bagus, dan agak lama. Di situ, cantik, bagus, dan lama adalah unsur inti. Selain itu, frasa verbal juga kerap kita temukan berpola M-D, contohnya belum tidur, tidak pulang, dan sudah jalan.

Pembahasan di atas saya cerna dari buku Kalimat: Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia (2019). Saya kira pola frasa kita hanyalah D-M dan M-D. Saya tidak menemukan potensi adanya pola frasa lain sebelum membaca tulisan Anton Moeliono dalam “Suatu Reorientasi dalam Tata Bahasa Indonesia” pada buku Kembara Bahasa: Kumpulan Karangan Tersebar (1989).

Baca juga artikel tentang Seluk-Beluk Bahasa Indonesia lainnya.

Beliau menulis bahwa pola menerangkan-diterangkan-menerangkan (M-D-M) bisa saja terbentuk. Contohnya adalah tiga orang mahasiswa Indonesia. Pada contoh tersebut, mahasiswa berdiri sebagai unsur inti yang diapit oleh tiga orang dan Indonesia sebagai pewatasnya.

Mungkin Kerabat Nara bertanya-tanya, “Apa pentingnya pembahasan mengenai pola frasa D-M, M-D, bahkan M-D-M dalam kehidupan sehari-hari?”

Harrits Rizqi dalam tulisannya pernah memberikan contoh yang menarik. Coba bandingkan, apakah wanita pengusaha dan pengusaha wanita memiliki makna yang berbeda? 

Apabila tidak diselisik dengan saksama, kita bisa-bisa keliru dalam mengartikan ‘wanita yang menjadi pengusaha’ dan ‘pengusaha yang mendagangkan wanita’. Jika yang kita maksudkan adalah ‘wanita yang menjadi pengusaha’, berarti wanita pengusaha merupakan frasa yang tepat. Wanita menjadi unsur inti, sedangkan pengusaha bertugas sebagai pewatas.


Rujukan:
Budiman, Harrits Rizqi. 2021. “Ambiguitas”. Narabahasa. Diakses pada 21 Agustus 2023.
Moeliono, Anton. 1989. Kembara Bahasa: Kumpulan Karangan Tersebar. Jakarta: Penerbit PT Gramedia.
Sasangka, Sry Satriya Tjatur Wisnu. 2019. Kalimat: Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Penulis: Yudhistira | Penyunting: Ivan Lanin

Ruang Literasi dan Edukasi

Post a Comment

© Untaian Abjad. All rights reserved. Developed by Jago Desain