Pembentukan BPUPKI
Bangsa Indonesia mengalami masa penjajahan yang sangat panjang. Belanda
menguasai Indonesia kurang lebih selama 350 tahun dan berpindah tangan pada
kekuasaan Jepang selama 3,5 tahun.
Bagaimana latar belakangnya hingga harus berpindah tangan dari penjajahan
kolonial Belanda kepada kekuasaan Jepang? Untuk mengetahui hal tersebut, maka
kita harus sama-sama mengingat sejarah yang melatarbelakanginya.
Pada 8 Desember 1941, Jepang menyerang pangkalan armada Amerika Serikat di
Kota Pearl Harbour, Pulau Hawai. Penyerangan tersebut mengakibatkan pecah
Perang Pasiik atau Perang Asia Timur Raya.
Hal tersebut dikarenakan Jepang ingin merebut semua negara di seluruh Asia
Timur dan Asia Tenggara termasuk wilayah Indonesia. Pada saat itu, Indonesia
dikuasai Belanda yang masih bernama Hindia Belanda.
Baca juga Materi PPKn Kelas VIII
Setelah melakukan serangan terhadap pangkalan militer Amerika Serikat di
Pearl Harbour, selanjutnya Jepang menyerbu kawasan Asia Tenggara termasuk
wilayah Indonesia yang tidak terbendung oleh tentara Belanda dan Sekutu.
Oleh karena itu, pada 8 Maret 1942 panglima tentara Hindia Belanda menyerah
kepada Jepang di Kalijati, Subang, Jawa Barat. Sejak saat itulah masa
pendudukan Jepang di wilayah Indonesia dimulai.
Semula, rakyat Indonesia menyambut gembira atas kedatangan Jepang yang akan
membebaskannya dari penjajahan Belanda. Jepang selalu mengaku sebagai saudara
tua yang sama-sama bangsa Asia dan menamakan dirinya Nippon dengan mendirikan “Gerakan
Tiga A”, yaitu Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin
Asia.
Namun, setelah menduduki tanah air, tentara Jepang melakukan
tindakan-tindakan yang tidak berperikemanusiaan bahkan dianggap lebih kejam
dibandingkan masa penjajahan Belanda. Sementara itu, pihak Amerika Serikat dan
sekutunya yang dahulu kalah perang menghadapi Jepang, mulai melancarkan aksi
balasannya hingga Jepang mulai menderita kekalahan.
Baca juga Materi PPKn Kelas IX
Pada 7 September 1944, Jepang mulai berjanji akan memberikan kemerdekaan
kepada Indonesia, yang bunyinya, “Hindia
Timur akan dimerdekakan di kemudian hari.”
HindiaTimur yang dimaksud tak lain yaitu a Indonesia. Makna ‘di kemudian hari’ tentu tidak jelas
kapan waktunya, bahkan langkah-langkah menuju kemerdekaan pun tidak tampak.
Serangan demi serangan tentara Amerika Serikat dan sekutunya terus
dilakukan sehingga Jepang meminta bantuan rakyat Indonesia dalam menghadapi
serangan Amerika Serikat tersebut. Jepang memberikan janjinya yang kedua akan
memerdekakan Indonesia.
Sebagai buktinya, Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan (BPUPKI) atau Dokuritsu
Zyunbi Tyoosakai pada 1 Maret 1945.
Badan ini dibentuk oleh pemerintah Militer Angkatan Darat ke-16 Jepang yang
hanya memiliki wewenang untuk Jawa dan Madura saja, bukan untuk seluruh
Indonesia, sedangkan wilayah Sumatra yang dipimpin oleh Pemerintahan
Baca juga beragam CERPEN untuk menghibur jiwa dan pikiranmu setelah penat seharian kerja atau belajara.
Militer Angkatan Darat ke-25 Jepang baru diizinkan mendirikan BPUPKI pada
25 Juli 1945. Badan Penyelidik ini dilantik pada tanggal 29 April 1945 untuk
menyelidiki usaha-usaha yang harus dilakukan untuk mempersiapkan kemerdekaan.
Anggota BPUPKI semula berjumlah 62 orang Indonesia terdiri atas 60 orang
anggota, 1 orang ketua, dan 1 orang wakil ketua. Sebanyak 8 orang Jepang, yaitu
1 orang wakil ketua serta 7 orang anggota lebih berperan sebagai pengamat dan
tidak aktif dalam sidang-sidang yang diadakan.
Jumlah anggota bertambah menjadi 76 orang pada saat sidang BPUPKI ke-2
dalam perumusan Undang-Undang Dasar. dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat
diangkat sebagai ketua, didampingi oleh Raden Pandji Soeroso dari Indonesia dan
Ichibangase Yosio dari Jepang sebagai wakil ketua.
Baca juga beragam artikel tentang Dapodik dan Kurikulum
BPUPKI melaksanakan sidangnya yang pertama pada tanggal 29 Mei–1 Juni 1945 untuk membahas dasar negara, sedangkan sidangnya yang kedua pada 10–17 Juli 1945 membahas rancangan Undang-Undang Dasar. Sidang BPUPKI dilaksanakan di gedung Chuo Sangi In yang sekarang dikenal dengan nama Gedung Pancasila di Jalan Pejambon No. 6 Jakarta.
Susunan Anggota BPUPKI
Berikut ini susunan keanggotaan BPUPKI.
Ketua
dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat
Wakil Ketua
- Ichibangase Yosio (Jepang)
- R.P. Soeroso (Indonesia)
Anggota
- Raden Abikoesno Tjokrosoejoso
- H.A. Sanoesi
- K.H. Abdul Halim
- Prof. Dr. Rd. Djenal Asikin Widjaja Koesoema
- M. Aris
- R. Abdoel Kadir
- Dr. R. Boentaran Martoatmojo
- B.P.H Bintoro
- Ki Hajar Dewantara
- Agus Muhsin Dasaad
- Prof. Dr. P.A.H. Djajadiningrat
- Drs. Mohammad Hatta
- Ki Bagoes Hadikoesoemoe
- Mr. R. Hindromartono
- Mr. Mohammad Yamin
- R.A.A. Soemitro Kolopaking Poerbonegoro
- Mr. Dr. R. Koesoema Atmadja
- Mr. J. Latuharhary
- R.M. Margono Djojohadkoesoemo
- Mr. A.A. Maramis
- K.H. Masjkoer
- K.H.M Mansoer
- Moenandar
- A.K. Moezakir
- R. Otto Iskandar Dinata
- Parada Harahap
- B.P.H Poerbojo
- R. Abdoelrahim Pratalykrama
- R. Roeslan Wongsokoesoemo
- Prof. Ir. R. Rooseno
- H. Agoes Salim
- Dr. Samsi
- Mr. R.M. Sartono
- Mr. R. Samsoedin
- Mr. R. Sastromoeljono
- Mr. R.P. Saragih
- Ir. Sukarno
- R. Soedirman
- R. Soerkardjo Wirjopranoto
- Dr. Soekiman
- Mr. A. Soebardjo
- Prof. Mr. Dr. Soepomo
- Ir. R.M.P. Soerachman Tjokroadisoerjo
- M. Soetardjo Kartahadikoesoema
- R.M.T.A. Soerjo
- Mr. Soesanto
- Mr. Soewandi
- Drs. K.R.M.A. Sosrodiningrat
- K.H. A. Wachid Hasjim
- K.R.M.T.H. Woerjaningrat
- R.A.A Wiranatakoesoema
- Mr. K.R.M.T Wongsonegoro
- Ny. Mr. Maria Oelfah Santoso
- Ny. R.S.S Soenarjo Mangoenpoespito
- Oei Tjong Hauw
- Oei Tiang Tjoei
- Liem Koen Hian
- Mr. Tan Eng Hoa
- P.F. Dahler
- A.R. Baswedan
Anggota Tambahan
Anggota tambahan menjadi anggota pada masa sidang kedua, 10–17 Juli 1945.
- K.H. Abdul Fatah Hasan
- R. Asikin Natanegara
- B.P.K.A. Soerjo Hamidjojo
- Ir. Pangeran M. Noor
- Mr. M. Besar
- Badul Kaffar
Anggota Istimewa
- Tokonomi Tokuzi
- Miyano Syoozoo
- Itagaki Masamitu
- Matuura Mitokiyo
- Tanaka Minoru
- Masuda Toyohiko
- Ide Teitiroe
Suryanata Yayat, dkk. 2023. Pendidikan Pancasila untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Post a Comment