Teori Sosiologi Pasca Comte: Mazhab Organis dan Evolusioner
Ajaran dan teori bidang biologi dalam arti luas banyak
memengaruhi teori sosiologi. Sejak abad pertengahan banyak ahli pikir
masyarakat yang mengadakan analogi antara masyarakat manusia dengan organisme
manusia. beberapa abad kemudian pengaruh tersebut kembali dan salah seorang
terkemuka dari ajaran ini adalah Herbert
Spencer (1820-1903).
Spencer merupakan orang yang pertama menulis tentang masyarakat
atas dasar data empiris yang konkret. Dalam hal ini dirinya telah memberikan
suatu model konkret yang secara sadar maupun tidak sadar diikuti oleh para
sosiologi sesudahnya.
Baca juga: Teori Sosiologi Pasca Comte: Mazhab Geografi dan Lingkungan
Spencer berpandangan bahwa suatu organisme akan bertambah
sempurna apabila bertambah kompleks dengan adanya diferensiasi antara bagian-bagiannya.
Hal ini berarti adanya organisasi fungsi yang lebih matang antarbagian
organisme tersebut dan integrasi yang lebih sempurna pula.
Secara evolusioner, tahap organisme tersebut akan makin
sempurna sifatnya. Dengan demikian, organisme memiliki kriteria, yakni
kompleksitas, diferensiasi, dan integrasi. Kriteria tersebut akan dapat
diterapkan pada setiap masyarakat.
Evolusi sosial dan perkembangan sosial pada dasarnya
berarti bertambahnya diferensiasi dan integrasi, peningkatan pembagian kerja,
dan suatu transisi dari keadaan homogen ke keadaan heterogen.
Baca juga : Sosiologi Auguste Comte (1798-1853)
Spencer sebetulnya bermaksud membuktikan bahwa masyarakat tanpa
diferensiasi pada tahap pra-industri secara intern tidak stabil karena terlibat
dalam pertentangan-pertentangan di antara mereka sendiri. Selanjutnya, dalam
buku Principles of Sociologi: Jilid
3, Spencer berpendapat bahwa pada
masyarakat industri yang telah terdiferensiasi dengan mantap akan ada suatu
stabilitas yang menuju pada keadaan hidup yang damai.
Pengaruh ajaran Spencer
sangat besar, terutama di Amerika Serikat. Seorang sosiolog Amerika yang
sangat terpengaruh oleh metode analisis Spencer
adalah W.G. Summer (1840-1910). Salah
satu hasil karyanya adalah Folkways
yang merupakan karya klasik dalam kepustakaan sosiologi.
Folkways dimaksudkan dengan kebiasaan-kebiasaan sosial yang
timbul secara tidak sadar dalam masyarakat yang menjadi bagian dari tradisi.
Hampir semua aturan-aturan kehidupan sosial, upacara sopan-santun, kesusilaan,
dan sebagainya, termasuk dalam Foklways
tersebut.
Baca juga: Sosiologi: Perhatian terhadap Masyarakat Sebelum Auguste Comte
Aturan-aturan tersebut merupakan kaidah-kaidah kelompok
yang masing-masing mempunyai tingkat atau drajat kekuatan yang berbeda. Apabila
kaidah-kaidah tadi dianggap sedemikian pentingnya, maka kaidah tersebut
dinamakan tata kelakuan (mores).
Kaidah tersebut tidaklah menjadi bagian dari suatu
masyarakat secara menyeluruh. Oleh karena itu, Summer membedakan antara kelompok sendiri (in-group) dengan kelompok luar (out-group).
Pembedaan tersebut ditujukan untuk memberikan petunjuk bahwa orang-orang
yang diterima dalam suatu kelompok dan ada pula yang tidak. Pembedaan tersebut
menimbulkan pelbagai macam antagonisme, pertentangan, dan pertikaian.
Kiranya agak sulit memasukkan ajaran-ajaran Emile Durkheim (1855-1917) ke dalam
mazhab ini karena ajaran-ajarannya mengandung pelbagai segi serta metode
pendekatan. Namun, ajaran-ajarannya yang tertuang di dalam karya yang
berjudul Division of Labor dapat digolongkan ke dalam mazhab ini.
Di dalam karyanya tersebut, Durkheim menyatakan bahwa unsur baku dalam masyarakat adalah faktor
solidaritas. Dirinya membedakan
antara masyarakat yang bercirikan faktor solidaritas mekanis dengan solidaritas
organis.
Baca juga: Hakekat, Fungsi, dan Peran Sosiologi
Masyarakat dengan solidaritas mekanis, warga masyarakatnya belum memiliki diferensiasi dan pembagian kerja. Para warga masyarakat masuk mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan kesadaran yang sama pula.
Masyarakat dengan solidaritas organis merupakan
perkembangan dari masyarakat solidaritas mekanis. Masyarakat organis telah
memiliki pembagian kerja yang ditandai dengan derajat spesialisasi tertentu. Apabila
solidaritas tersebut mengalami kemunduran, maka mungkin timbul keadaan anomie, di mana para warga masyarakat
tidak lagi mempunyai pedoman untuk mengukur kegiatan-kegiatannya dengan nilai
dan norma yang ada.
Sebagaimana halnya dengan Spencer dari Inggris, Durkheim, Ferdinand Tonnies dari Jerman (1855-1936) juga terpengaruh oleh bentuk-bentuk kehidupan sosial yang lain.
Hal
yang penting bagi Tonnies adalah
bagaimana warga suatu kelompok mengadakan hubungand engan sesamanya. Artinya,
dasar hubungan tersebut menentukan bentuk kehidupan sosial tertentu.
Baca juga: Suatu Pengantar: Mengenal Sosiologi Lebih Dekat
Tonnies berpendapat bahwa dasar kehidupan tersebut di satu pihak adalah faktor perasaan, simpati pribadi, dan kepentingan bersama. Di pihak lain dasarnya adalah kepentingan-kepentingan rasional dan ikatan-ikatan yang pertama dinamakan paguyuban (gameinschaft), sedangkan kedua adalah patembayan (gesekkschaft).
Pada patembayan, warga kelompok tersebut
terikat oleh kekuatan di luar dirinya, sehingga untuk selamanya tidak dapat
terjadi hubungan timbal balik yang harmonis antara warga kelompok tersebut.
Tonnies mempergunakan kedua bentuk kehidupan sosial tadi sebagai
kriteria menganalisis setiap aspek atau bagian dari masyarakat. Tonnies
berpandangan bahwa keserasian antar kedua bentuk kehidupan sosial tersebut
dapat dipertahankan dalam masyarakat yang modern sekalipun.
Untuk menemukan lebih banyak artikel sosiologi Anda bisa menelusuri Kumpulan Artikel tentang Sosiologi
Reverensi Utama:
Soerjono Soekanto. 2014. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers
Post a Comment