Tinjauan: Memahami Sesuatu di Balik Kata "IMPERIALISME"


Abad XIX-XX dikenal dengan "Abad Ideologi". Mulai awal abad ini bermunculan ideologi-ideologi besar yang berperan mengubah tatanan dunia. Ideologi tersebut antara lain nasionalisme, komunisme, sosialisme, dan kapitalisme. Ideologi ini tumbuh seiring dengan munculnya keinginan untuk membentuk negara baru pasca Perang Dunia I dan II.

Imperialisme dan komunisme yang telah dipraktikkan sejak Revolusi Industri mulai hancur pada awal abad XX. Saat itu nasionalisme menjadi ideologi pemersatu yang ampuh dalam mempersatukan bangsa-bangsa terjajah untuk memerdekakan diri.

Apabila menilik dari akar sejarahnya, imperialisme meliputi dua tahap. Imperialisme kuno berorientasi pada penyebaran agama (gospel), kekayaan (gold), dan kejayaan (glory).  Suatu negara berusaha merebut dan menjajah bangsa atau negara lain untuk menyebarkan agama, meraup keuntungan dan kekayaan, serta memperoleh pengakuan atas wilayah kekuasaannya. 

Imperialisme modern tumbuh setelah terjadi Revolusi Industri. Industrialisasi yang berkembang pesat di Eropa memaksa negara-negara yang bersangkutan untuk mendapatkan bahan mentah dan tempat pemasaran. Persaingan antarnegara industri tidak terelakkan. Mereka kemudian berlomba-lomba menerapkan imperialisme.

Mereka membawa armada perang untuk mendapatkan atau merebut daerah-daerah yang kaya bahan mentah. Indonesia adalah contoh bangsa yang menjadi sasaran mereka. Contoh lain bisa ditemukan pada bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Kekayaan alam dikuras, tenaga diperas, dan beragam bentuk perlawanan pun ditumpas.

Kemakmuran yang lama dinikmati bangsa Asia dan Afrika hilang. Tanah-tanah yang subur disita dan dijadikan tempat penanaman modal bagi mereka. Rakyat memang dikenalkan dengan beragam tanaman perkebunan, tetapi itu untuk kepentingan imperialis. Rakyat hanya bertindak sebagai kuli tanpa harga diri. Bangsa-bangsa yang semula makmur dan kaya pun menjadi tempat kolonialisme Barat. Rakyat menjadi budak di negeri sendiri, sementara bangsa Barat hidup bergelimang kemewahan.

Praktik imperialisme dan kolonialisme itu berlangsung selama ratusan tahun. Perubahan mulai terjadi pada abad XIX hingga awal abad XX. Munculnya golongan terpelajar dari berbagai kawasan memelopori pergerakan nasional. Ideologi yang berperan dalam mempersatukan pergerakan rakyat di tanah yang terjajah adalah nasionalisme.

Nasionalisme kemudian mendasari lahirnya negara-negara baru. Lahir pula para pemikir dunia yang mengembangkan ajaran nasionalisme. Pemikir-pemikir tersebut diantaranya yakni Abraham Lincoln (Amerika Serikuat), Adolf Hitler (Jerman), Mahatma Gandhi (India), Sun Yat Sen (Cina), Emilo Aguinaldo (Filipina), Ho Cin Minh (Vietnam), Reza Palevi (Iran), Arabi Pasha (Mesir), Mustafa Kemal Pasha (Turki), Garibaldi (Italia), dan Soekarno (Indonesia). Mereka mengembangkan ajaran nasionalisme sesuai dengan kondisi dan kepentingan negaranya.

Seiring dengan meluasnya nasionalisme, berkembang pula beragam paham dan ideologi. Muncullah ideologi komunisme di negara-negara Eropa Timur. Tokoh ideologi komunisme adalah Slatin, Lenin, dan Trotzky (Rusia). Komunisme juga berkembang di Asia seperti Cina, Vietnam, Korea Utara, dan Indonesia. Di Eropa Barat berkembang ideologi kapitalisme dan sosialisme berkembang di Eropa Timur.

Muncul dan berkembangnya ideologi tersebut sangat memengaruhi bangsa Indonesia. Para tokoh pergerakan dan pimpinan bangsa kita bisa mengikuti perkembangan dunia saat itu. Banyak di antara mereka yang belajar di Eropa dan menyerap beragam pemikiran dunia. Oleh karena itu, tidak aneh jika pemikiran-pemikiran dunia memengaruhi proses penciptaan ideologi negara kita, Indonesia.


* Disarikan dari berbagai sumber kredibel dan buku  Pancasila di antara Ideologi Besar Dunia karya Djaja Wahjudi.