Makna ' Rawe-Rawe Rantas Malang-Malang Putung' [Mutiara Makna Leluhur Jawa]

Makna ' Rawe-Rawe Rantas Malang-Malang Putung'

 

Orang Jawa identik dengan sikap rendah hati atau andhap asor. Akan tetapi, bukan berarti orang Jawa tidak memiliki keberanian untuk melakukan suatu tindakan dalam kebenaran. Para nenek moyang Jawa telah memberikan semangat bagi seseorang atau masyarakat dalam mencapai tujuan tertentu.

Dalam mencapai tujuan yang besar, seperti upaya melepaskan rakyat dari penindasan kaum penjajah, mengentaskan rakyat dari kemiskinan dan penindasan, dan sejenisnya, mereka menasihatkan ungkapan heroik yang berbunyi rawe-rawe rantas malang-malang putung. 

Secara bahasa artinya, semua yang merintangi akan diberantas, dan semua yang menghalangi akan ditebas. ungkapan ini sangat efektif dalam menyemangati kaum pejuang ketika berjuang mencapai Indonesia merdeka atau ketika kaum pejuang berusaha mempertahankan kemerdekaan negara Indonesia.

Semangat juang yang dijiwai oleh rawe-rawe rantas malang-malang putung tersebut merupakan jalan terakhir jika pihak lawan tidak dapat diajak kompromi. Sebab, pada dasarnya, orang Jawa cenderung memilih menyelesaikan persoalan secara musyawarah dan mufakat. 

Jika tidak dicapai kata sepakat atau mufakat, mereka menghadapinya dengan semangat juang yang membara, yang rela mengorbankan jiwa dan raganya. 

Orang Jawa malu jika dinilai sebagai pengecut. Sebaliknya, ia akan merasa terhormat jika dikatakan sebagai orang yang memiliki watak wani nggetih (berani bersimbah darah), maksudnya berani bertanggung jawab terhadap suatu persoalan walaupun berat akibat yang harus dipikulnya. ]

Semua itu dilakukan dengan tetap mendasarkan pada nilai-nilai kebenaran dan keadilan, bukan berani yang ceroboh dan membabi buta. Keberanian membara yang tidak didasarkan pada nilai-nilai kebenaran dan keadilan justru mendorong seseorang pada tindakan gegabah dan konyol yang dinilai negatif, yang oleh orang Jawa disebut sebagai tindakan grusa-grusu (tergesa-gesa), belum dipikirkan untung dan ruginya.

Ungkapan rawe-rawe rantas malang-malang putung sangat efektif untuk mendorong seseorang yang ingin mewujudkan cita-cita hidupnya. Ketika memiliki cita-cita atau keinginan yang sangat penting, seseorang sudah seharusnya memiliki semangat juang yang tinggi dan konsisten. pendek kata, ia harus dapat mengatasi segala hambatan, tantangan, cobaan, dan segala rintangan yang menghambat atau menghadang pencapaian cita-citanya. 

Dalam pikirannya, seseorang harus berorientasi dan mendahulukan cita-cita daripada kepentingan yang lain. Ia harus mampu menghilangkan segala rintangan dan cobaan yang dihadapinya. orang jawa meyakini bahwa dalam mencapai cita-cita pasti ada cobaan, baik yang datang dari diri sendiri atau orang lain. Dan, semua cita-cita itu harus mampu kita atasi demi tujuan akhir mencapai cita-cita hidup tersebut.

Pada umumnya, ungkapan rawe-rawe rantas malang-malang putung muncul dan menjadi semboyan dalam mencapai cita-cita yang berorientasi pada kepentingan umum atau orang banyak. Untuk mengikat masyarakat demi kebulatan tekad bersama untuk mencapai tujuan bersama, orang memakai semboyan tersebut.

Misalnya, dalam memberantas kejahatan, ketidakadilan, perlawanan dari pihak luar terhadap daerahnya, harus dilakukan dengan hati yang kuat tidak gentar menghadapi gangguan. Semua harus dapat diatasi demi cita-cita bersama.

Ungkapan tersebut sangat populer pada saat bangsa menghadapi gangguan, baik gangguan dari luar (seperti menghadapi penjajah Belanda dan Jepang) dalam upaya atau mempertahankan kemerdekaan Indonesia. masyarakat bersatu padu, bahu-membahu, berjuang untuk menjaga dan menegakkan harga diri kita sebagai bangsa yang berdaulat. 

Dalam menghadapi gangguan dari dalam pun, seperti ketika masa kisruh sekitar tahun 1965, semboyan ini sangat populer sebagai dorongan semangat bagi para nasionalis dan pejuang bangsa dalam menegakkan dasar negara Pancasila dan keutuhan wilayah Indonesia. 

Dewasa ini, ungkapan rawe-rawe rantas malang-malang putung semakin menampakkan eksistensinya dan sangat diperlukan dalam mengatasi persoalan bangsa, seperti mengatasi gangguan keamanan yang merongrong keutuhan bangsa Indonesia, memberantas bahaya narkoba yang merongrong moral generasi penerus bangsa, dan sebagainya. 

Semua lapisan masyarakat harus mewaspadai dan bersatu padu demi menjaga keutuhan wilayah bangsa. Kita harus jeli dan berpikir cerdas terhadap faktor-faktor yang dapat mendorong munculnya perpecahan, terutama yang datang dari luar. Kita harus mau dan mampu mengatasi semua gangguan tersebut demi tegaknya bangsa Indonesia sebagai suatu teladan bagi generasi muda pada masa mendatang.

Sumber saduran Mutiara Budaya Jawa; Pardi Suratno, Edi Setiyanto, Warih Jatirahayu.

Ruang Literasi dan Edukasi

Post a Comment

© Untaian Abjad. All rights reserved. Developed by Jago Desain