Karakteristik Manusia

Karakteristik Manusia

 

Sumber Gambra Dictio


Baik secara fisik maupun non fisik keberadaan manusia sejak lahir memang berbeda dengan binatang. Ketika dilahirkan keadaan manusia sama sekali kurang matang, ia dapat hidup harus bergantung kepada sesamanya atau orang lain di sekitarnya. 

Berbeda dengan binatang, dalam waktu yang tidak relatif lama binatang yang baru saja dilahirkan sudah dapat berjalan. Binatang tidak perlu menderita ketegangan sebanyak yang terdapat pada manusia, karena hidupnya dipimpin oleh nalurinya. Tata kerja pada hewan serba otomatis dan langkah-langkah kerjanya dapat disetel ajeg

Ernst Cassirer (filsuf Amerika asal Jerman) mengatakan bahwa manusia merupakan animal symbolicam, yaitu makhluk yang penuh dengan lambang. Baginya realitas adalah lebih dari sekadar tumpukan fakta-fakta.

Organisasi semua makhluk hidup di dunia merupakan suatu sistem terbuka. Artinya, bahwa setiap makhluk itu dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berada di luar dirinya. Setiap makhluk sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang menghidupi dirinya. 

Jika lingkungan itu berubah, maka makhluk yang ada pun harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang ada pun harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang ada. 

Hal itu terlihat seperti pada tumbuh-tumbuhan yang pada musim penghujan akan banyak berdaun, tetapi untuk mengurangi hilangnya air lewat penguapan daun pada musim kering maka diperlukan sistem koordinasi dan pengendalian yang baik pada tumbuhan tersebut. Binatang pun akan berhal serupa. Binatang yang hidup di daerah yang bersabana tidak akan mungkin hidup di daerah tropis.

Meskipun manusia dilahirkan dalam keadaan yang belum matang baik secara fisik, otak, pancaindera, dan sistem pengendaliannya, manusia lebih berpotensi besar untuk dipengaruhi, ditempa, dan dibentuk oleh kondisi lingkungannya. dengan demikian, manusia berkemampuan lebih besar untuk menyesuaikan diri dengan keadaan sekelilingnya. 

Ortega Y. Gasset mengatakan bahwa hewan itu hidup bukan untuk dirinya. Sedangkan manusia itu berbudaya, mengenal dirinya, berunding dengan dirinya sendiri, sehingga tak terduga secara mutlak dari kekangan dan tawaran sekelilingnya. Manusia menguasai dunia sekitarnya. itulah isi arti budaya.

Manusia dengan sarananya mampu mengambil jarak dengan alam, sehingga ia mampu menelaah, memahami, dan menguasainya. Sarana-sarana tersebut antara lain: bahasa, mitos, dan agama yang oleh Cassirer dinamakan lambang. Dengan lambang-lambang dari seluruh budaya manusia tersebut terletak kebebasan dan keleluasaan manusia untuk dapat menangkap makna yang lebih luas dari satu benda tertentu.

Melalui otak dan pancaindranya manusia menangkap rangsangan dari luar yang dapat memotivasi kemampuan dirinya, sehingga dapat berbicara, berkonsepsi, atau berpikir secara abstrak. Kemudian timbul simbol-simbol dan sistem-sistem simbolik, yang berakibat pada: 

  1. Pengalaman manusia bisa disimpan dan diolah;
  2. Alternatif-alternatif aksi yang bisa dijalankan akan dapat dikhayalkan; 
  3. Arti pengabstrakan fakta bisa pula dilaksanakan. Pengabstrakan fakta diartikan bahwa manusai akan mampu membayangkan, membuat rencana-rencana, dan menyongsong hal-hal yang masih bersifat hipotesis, potensial serta belum terwujud.

Perkembangan hidup manusia tidak hanya ditentukan oleh pengalaman pribadinya, akan tetapi lebih banyak ditentukan oleh kemampuannya untuk belajar dan menerima pengajaran. Kebudayaan sebagai wadah yang memuat pengalaman serta pengetahuan manusia secara keseluruhan diturunkan dan diajarkan dari generasi ke generasi berikutnya melalui sistem simboliknya. Pola reaksi binatang adalah fixed stimulus-respon artinya binatang itu bereaksi secara tertentu terhadap rangsangan tertentu. 

Sedangkan manusia sebagian besar dari aksi-aksinya justru bersifat sadar dan mendasarkan diri kepada kesengajaan. Bereaksi secara sadar dan disengaja ini memerlukan beberapa aktivitas yang dilaksanakan secara bertahap. 

  1. Organisme yang bersangkutan haruslah mampu memahami dulu arti dari sesuatu situasi; 
  2. Membayangkan alternatif aksi-aksi yang bisa diambil mengatasi situasi tersebut; 
  3. Membayangkan masing-masing akibat yang paling menguntungkan. 

Dari sini dapat disimpulkan bahwa aksi yang bersifat sadar dan disengaja itu memerlukan sistem stimulus-respons dan motivasi yang tidak otomatis tetapi lebih lentur, dan satu sumber energi yang bersifat multi-purpose.

Manusia merasakan kebutuhan melalui pancaindranya yang dipandang lemah, sehingga stimulus-stimulus yang datang dari pancaindra pun akan lemah. Kondisi yang sedemikian itu memungkinkan manusia untuk tidak begitu dikuasai oleh kebutuhan jasmaniah seperti binatang. 

Manusia juga tidak akan begitu merasakan desakan dari naluriah. Jadi, manusia memiliki kesempatan untuk berpikir mengenai aksi pemuasan itu. Kebutuhan manusia timbul secara berulang-ulang, yang memungkinkan timbulnya ingatan-ingatan manusia tentang aksi-aksi yang pernah dilakukan untuk memenuhi keinginan pemuasan kebutuhan tersebut. 

Ingatan seperti itu menumbuhkan keinginan pemenuhan kebutuhan serupa untuk waktu-waktu yang akan datang. Timbullah kemampuan untuk merencanakan pemuasan kebutuhan untuk jangka waktu yang relatif panjang. Manusia mulai menghemat, menyimpan, dan seterusnya.

Salah satu sifat khas manusia yang lain adalah bentuk interaksi antara emosi dan rasio yang selalu ada pada diri manusia. Interaksi tersebut sering muncul bersama-sama dalam diri manusia. Secara rasional manusia bereaksi tidak semata-mata atas dasar kesadaran dan kesengajaan. 

Reaksi itu sering pula terwujud secara emosional yang kadang-kadang memang disertai dengan kesenjangan, tetapi kadang-kadang juga tidak disertai dengan kesengajaan. Perilaku emosional biasanya lebih didorong oleh hawa nafsu. Manusia berakal dan berhati jernih harus membekali dirinya dengan perilaku takwa, seperti yang tersurat dalam Al-Qur'an, Surat Al-Imran ayat 102 dan surat At-Taghabun ayat 16.

Karakteristik manusia memang amat sempurna dibanding dengan makhluk-makhluk lain. Jadi, tidaklah benar jika segala aktivitas hidup manusia tidak untuk kembali ke arah fitrah-Nya, sebagai perwujudan rasa syukur atas karunia yang telah diberikan oleh Allah SWT. Perkataan fitrah ini harus disadari dan diyakini benar, bahwa kelahiran yang fitrah itu mengisyaratkan pesan untuk dapat kembali dengan keadaan yang fitrah pula. 

Seruan fitrah ini tersurat dalam surat Ar-Rum ayat 30 yang menyebutkan demikian: "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." 

Sumber Manusia dan Fenomena Budaya - Sujarwa

Ruang Literasi dan Edukasi

Post a Comment

© Untaian Abjad. All rights reserved. Developed by Jago Desain