Mengenal Lebih Dalam Kesenian Kuda Lumping
Indonesia adalah sebuah
negara kesatuan yang terbentuk dari beribu-ribu pulau yang terbentang dari
Sabang sampai Merauke. Tak heran jika negara Indonesia ini terdapat banyak ras,
suku, bangsa yang mempunyai budaya tersendiri. Dari perbedaan-perbedaan itulah
yang menyebabkan Indonesia memiliki banyak kebudayaannya. Sebab itu pulalah
Indonesia menjadi negara yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
Pada era sekarang ini banyak kebudayaan peninggalan nenek moyang yang masih di lestarikan. Namun, banyak juga kebudayaan yang hilang akibat tidak adanya generasi penerus yang tidak mau melestarikannya. Oleh karena itu, sebagai generasi penerus bangsa kita harus mampu untuk turut serta menjaga, melestarikan dan nguri-uri kebudayaan peninggalan nenek moyang yang membawa berjuta-juta pesan, makna dan pembelajaran hidup bagi yang menikmatinya.
Salah satu kebudayaan peninggalan nenek moyang yang sampai saat ini masih dilestarikan yaitu tarian “Kuda Lumping”. Sejarah asal-muasal seni tari Kuda Lumping ini tidak ada catatan secara tertulis yang menjelaskannya secara gamblang. Hanya sebuah riwayat saja yang diceritakan turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Kesenian Tari Kuda lumping
adalah sebuah seni tari yang dimainkan dengan menggunakan peralatan berupa kuda
tiruan yang dibuat dari anyaman bambu. Jika dilihat ritmis tarian kuda lumping
ini sepertinya merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran jaman dulu, yaitu sebuah pasukan kavaleri berkuda. Ini bisa dilihat dari gerakan seni tari
kuda lumping yang dinamis, ritmis, dan agresif, layaknya gerakan pasukan berkuda
di tengah medan peperangan.
Mengenai sejarah asal muasal seni tari Kuda Lumping konon katanya sih adalah bentuk dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghadapi penjajah Belanda. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa tari Kuda Lumping adalah menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah, yang dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda.
Versi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang
latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin Sultan Hamengku Buwono I, Raja
Mataram, untuk menghadapi pasukan Belanda.
Kesenian tari kuda lumping
ini lebih populer didaerah Jawa Timur khususnya Malang, Blitar, Tulungagung dan
sekitarnya. Biasanya kuda lumping ini ditampilkan dalam event event tertentu
misalnya menyambut Tamu Kehormatan, sebagai acara syukuran atas doa yang dikabulkan oleh Yang Mahakuasa.
Seringkali yang dikenal masyarakat adalah bahwa kuda lumping ini selalu melibatkan makhluk halus dalam atraksi atraksi supranatural dan berbau magis. Misalnya makan kaca, makan bara api, berjalan diatas pecahan beling dan bara api, mengangkat benda berat, disayat pisau, dibacok dengan golok sampai menari dalam keadaan kesurupan.
Sepertinya ini merupakan wujud merefleksikan bentuk kekuatan supranatural yang berkembang dilingkungan kerajaan Jawa. Selain itu representasi dari aspek non militer pada saat perlawanan terhadap penjajah Belanda
Benarkah Tari kuda lumping ini melibatkan makhluk halus?
Sebelum sebuah acara kuda
lumping digelar selalu ada dua orang pawang (pemimpin spiritual yang memiliki
kekuatan supranatural) yang bertugas untuk mempertahankan cuaca agar tidak
hujan. Pawang yang satunya bertugas melakukan ritual pemanggilan makhluk halus dari
empat penjuru mata angin. Di samping itu, datuk ini juga bertugas menjaga
lingkungan dari gangguan gaib, memulihkan penari yang kesurupan dan
mengendalikan makhluk halus yang merasuki pemain. Mereka juga memohon kepada
Tuhan Yang Maha Esa agar acara berlangsung aman dan tidak terjadi suatu yang tidak diinginkan. Sesaji (sajen) yang dipersiapkan sebelum acara tari kuda lumping digelar berupa bunga, pisang
rajamala, ayam muda, nasi tumpeng, kemenyan dll.
Kalau saya melihat dengan kepercayaan saya, mustahil atraksi-atraksi berat yang mereka lakukan itu dilakukan dengan sadar. Dan kelihatan sekali jika mereka memang dikendalikan oleh sesuatu yang bukan jati diri mereka sendiri. Dalam agama yang saya anut mempercayai kehidupan lain selain kehidupan manusia yaitu kehidupan alam Jin.
Jadi saya meyakini bahwa yang merasuki raga mereka adalah makhluk halus dari golongan Jin. Karena saya menyaksikan sendiri ketika seorang pemimpin kuda lumping dialog dengan seorang yang kesurupan. Uniknya para pemain yang kesurupan itu berbicara dengan suara mengerang dengan logat Jawa kuno.
Salah satu pemain yang kesurupan mengatakan
kalau dia sudah berumur 800 tahun, berasal dari gunung kidul dan mau pulang jika
dipenuhi permintaannya. Tentu saja yang berbicara itu bukan dari jiwa
sendiri ,secara mana mungkin manusia bisa berumur 800 tahun.
Pemain kuda lumping mengaku bahwa jika sedang kesurupan mereka
tidak sadar sama sekali sehingga tidak mengingat apa apa yang dilakukan.
Bukan itu saja, penonton yang
menyaksikan acara seni kuda lumping pun bisa ikut kesurupan dan meloncat ke tengah tengah arena. Dalam keadaan
tidak sadar, para penonton yang ikut kesurupan itu pun ikut menari dengan gaya
energik persis seperti seniman yang sudah berlatih bertahun tahun.
Mengenai keterlibatan
makhluk halus ini sih tergantung dari kepercayaan masing-masing. Bagi yang belum
pernah melihat adegan seni Kuda Lumping ini datang saja ke daerah Malang. Jika
beruntung Anda akan menyaksikan sajian dari seniman kuda Lumping dari Tumpang
yang terkenal menegangkan dalam setiap atraksinya. Anda pun bisa mengusulkan diri
untuk ikut kesurupan kepada sang dukun Kuda Lumping, dengan senang hati
permintaan Anda akan dituruti.
Secara umum dikenal ada empat fragmen tarian kuda lumping, antara lain dua golongan tari Buto lawas, senterewe
dan Pegon putri. Pada segmen Buto lawas inilah biasanya penari akan mulai
kesurupan dan bahkan para penontonnya sekalian. Tari Buto lawas ditarikan oleh
para pria saja dan terdiri dari empat sampai enam orang penari.
Properti yang biasanya dipakai dalam tari kuda lumping di antaranya yaitu; kuda bohongan dari anyaman bambu; celeng (babi hutan bohongan dari anyaman bambu; barongan (caplokan) Bentuk kepala Naga yang seram terbuat dari kayu dengan berat sekitar 15 kilograman. Sedangkan alat musik yang dipakai lebih sederhana dari seni karawitan. Alat musik tersebut di antaranya; kendang, gong, gamelan pelog, kenong dan selompret (terompet khas kuda lumping). Tetapi ada juga grup kesenian Kuda Lumping yang telah memodifikasi peralatan musik yang digunakan seperti menambahkan drum, gitar elektrik dan bass elektrik..
Post a Comment