Filsafat dan Pancasila
![]() |
Sumber gambar : gotimes |
“Pancasila menjadisebuah bentuk cita-cita bersama, menjadi wujud persatuan dalam hal ide dankeyakinan.”
Rasanya tidak elok jika
kita menampikkan peran filsafat dalam membangun ideologi dasar negara kita,
Pancasila. Menjadi sebuah kesepakatan bahwa Pancasila menjadi dasar dan
pemersatu negara Indonesia, maka filsafat berperan penting dalam membangun
ideologi ke Indonesia-an. Pancasila adalah wujud nyata di mana filsafat
berperan sangat mendasar, bayangkan jika negara tanpa dasar sekuat Pancasila,
maka negara kita akan dapat dengan mudah dibubarkan dan menjadi lahan
kepentingan banyak orang.
Filsafat Pancasila menjadi
bentuk kontekstualisasi ajaran filsafat yang disesuaikan dengan kearifan lokal
Indonesia sendiri. Berfilsafat yang dilakukan para pendiri bangsa membuat
mereka berhasil mengekstrak kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam menjadi
lima rumusan, yang menjadi universal dan menjadi pegangan kehidupan berbangsa
Indonesia. Filsuf-filsuf terdahulu terutama Socrates dan Plato memperjuangkan
nilai yang dapat dipegang secara universal. Ternyata, kebenaran dan
keuniversalan ini dapat kita temukan dalam nilai-nilai Pancasila.
Pancasila menjadi sebuah
bentuk cita-cita bersama, menjadi wujud persatuan dalam hal ide dan keyakinan.
Orang-orang dari Pulau Jawa dengan bahasa, suku, agama, dan ras yang berbeda
mau bergabung menjadi sebuah kesatuan. Sekali lagi bahwa filsafat pernah dan
selalu mengambil peran penting dalam pembentukan nilai yang mendasar. Pancasila
lahir dari perenungan yang ditemui Soekarno dalam perjuangannya dengan segenap
pahlawan lainnya dalam mengusahakan keadilan.
Filsafat juga membantu
berpikir untuk merancang sebuah bentuk hukum. Pancasila yang terdiri atas lima
aturan memiliki kekuatan menyatukan dan mempertahankan persatuan. Hukum
pertamanya tentang Ketuhanan menjadi jati diri bangsa Indonesia, bahwa sebagai
bangsa yang besar hidup beragam menjadi bagian penting untuk dilaksanakan.
Hidup rukun dan saling menghargai agama lain dalam menjalankan kewajiban
agamanya. Dari sinilah kemudian lahir undang-undang yang menjamin dan
melindungi.
Sila kedua menjelaskan
mengenai kemanusiaan. Filsafat sebagai bentuk kebijaksanaan menghargai betul
manusia sebagai objek utama dalam kajiannya. Ajaran-ajaran ketiga filsuf besar
memiliki sebuah nilai utama untuk menjadikan manusia sebagai sumber kehidupan,
layah hidup beradab dengan bebas dari perang dan perselisihan, serta bisa
meningkatkan taraf hidup baik dari segi ekonomi, sosial, dan lingkungan
hidupnya.
Sila ketiga sebagai persatuan. Pancasila menjadi bentuk perwujudan manusia Indonesia yang bersatu dengan segala peradaban. Latar belakang yang beragam menjadi kekuatan bagi Indonesia untuk maju sebagai sebuah negara. Filsafat melalui Pancasila berperan dalam pemersatu, pembangun semangat nasionalis, serta identitas dan tujuan yang ingin dicapai Indonesia ke depannya.
Demokrasi yang disinggung dalam sila
keempat menjadi bentuk dari filsafat yang menghargai kebebasan individu. Maka
dari itu semua warga negara memiliki kesamaan hak. Terakhir, keadilan sosial
yang dalam ajaran filsafat Plato menjadi tujuan adanya sebuah negara. Pancasila
sebagai filsafat bangsa mengajarkan bahwa negara punya tanggung jawab dalam
mewujudnyatakan keadilan.
Penjelasan mengenai Pancasila di atas memiliki maksud bahwa filsafat dapat mejadi sebuah akar dan cara untuk memakmurkan dan menemukan tujuan kehidupan berbangsa. Sebelum lebih jauh mempelajari filsafat, kita dapat melihat Pancasila sebagai tempat belajar dan hasil berpikir secara filsafat. Jika kita mampu melihat penerapan filsafat dalam Pancasila, maka manfaat filsadat dalam kehidupan kita juga dapat lebih besar.
Sumber utama : Aristoteles, Socrates, dan Plato : Sebuah Biografi (2019) penerbit Sociality Yogyakarta
Post a Comment